Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/194

Halaman ini tervalidasi

SIFAT-TABIAT MASJARAKAT

195

Oleh karena itu pula bisa sering terdjadi, bahwa meréka itu menerima unsur² jang sangat bertentangan dalam organisasi masjarakatnja atau dalam téknik seninja. Kadang² unsur² asing ini dibentuk kembali dalam suatu kesuluruhan jang selaras, sehingga achirnja terdjadi suatu keseluruhan, jang setjara hakiki berbéda dari tiap² kebudajaan jang sudah lama adanja, dengan mana mereka itu mempunjai banjak persamaan tjiri². Boléh djadi bahwa kita, djikalau kita mengetahui sedjarah kebudajaan ini, akan melihat bahwa setelah berselang waktu lama, dari pengambilan unsur² jang asalnja bertentangan timbul suatu keseluruhan jang selaras memang dalam banjak hal demikian itulah jang terdjadi. Akan tetapi dalam potong-silang (crossection) kebudajaan² primitif dewasa ini — satu²nja tjara jang bisa memberi kesimpulan² jang sungguh² bisa kita mengerti — maka ternjata bahwa banjak daérah²-perbatasan mengandung tjiri² kedjanggalan jang njata sekali.


Pada kebudajaan² jang tertentu ada keadaan² sedjarah jang bertanggungdjawab atas peristiwa² tiadanja integrasi. Tidak sadja suku² perbatasan bisa mempunjai kebudajaan jang tak terkoordinasi, akan tetapi hal ini bisa terdjadi, apabila suatu suku memisahkan diri dari suku-kerabatnja, dan menetap didaérah dimana terdapat bentuk kebudajaan jang lain. Dalam hal² jang demikian itu, sengkéta jang paling menondjol ialah sengkéta jang timbul antara pengaruh² baru jang masuk dalam kebudajaan suku itu dan istiadat² serta lembaga² aselinja Jang demikian itu terdjadi pula kepada suatu bangsa jang tetap tinggal didaérahnja bilamana ada suku jang lain datang menetap disitu dan oleh karena presitisénja jang lebih tinggi atau djumlah anggotanja jang lebih besar berhasil mengadakan perobahan² jang penting.


Suatu penjelidikan jang mendalam dan tjerdas tentang suatu kebudajaan, jang sama sekali hilang oriéntasinja, akan sangat menarikhati. Adalah mungkin sekali, akan ternjata bahwa watak atau sifat sengkéta jang tertentu dan kesediaan menerima pengaruh² baru lebih besar artinja daripada menamakan setjara umum dengan „tiadanja integrasi." Akan tetapi kitapun tak bisa menduga, tjiri² umum apakah jang ada itu. Mungkin dalam kebudajaan² jang sudah djauh kehilangan pegangannja kita memperhatikan tindakan² akomodasi jang bertudjuan untuk menolak unsur² jang mengganggu dan dalam pada itu melindungi apa jang telah diterima. Apabila prosés ini dipeladjari berdasarkan fakta² jang sangat berlainan, maka proses itu akan lebih djelas lagi.


Jang tergolong tjontoh² jang baik dari bentrokan unsur² jang bertentangan ialah peristiwa dalam sedjarah suku², jang berhasil untuk menjatupadukan unsur² jang tak sama mendjadi keseluruhan jang selaras. Demikianlah orang² Kwakiutl tak selalu mempunjai kebudajaan jang dikoordinasi setjara erat seperti sekarang ini. Sebelum meréka itu