Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/202

Halaman ini tervalidasi

SIFAT-TABIAT MASJARAKAT

203


tjari visuin sebagai bagian jang essénsiil dari perlengkapan tiap orang jang normal dan berbadan séhat jang lebih penting lagi ialah keterangan mengenai lingkungan, bilamana kita daripada mempertimbangkan pembagian dalam ruang kita memperhatikan pembagian, waktu. Dalam perobahan2 jang paling radikal dalam tindakan2 psikologi. Hal ini tjukup banjak digambarkan dalam pengalaman kebudajaan kita sendiri. Peradaban Eropah di Abad Pertengahan tjenderung kepada mystik dan epidemi2 psykis, sebagai ia djuga tjenderung kematerialisme jang tjerdik dalam abad kesembilan belas. Kebudajaan berobah samasekali oriéntasinja, tanpa ada perobahan dalam keadaan-djenisbangsa kelompok2 jang mendukung kebudajaan itu.

Tafsiran2 kebudajaan tentang tingkahlaku sama sekali tidak boléh menolak adanja unsur2 fisiologis. Penolakan sematjam itu berdasarkan pengertian jang salah tentang uraian ilmijah. Biologi tak menolak kimia, rneskipun uraian2 kimia tidak tjukup untuk memahami gedjala2 biologi Dan seorang ahlibiologi pun tidak diharuskan menurut tjara2 kimia, meskipun ia mengakui, bahwa hukum2 kimia mendjadi dasar fakta2, jang dipeladjarinja. Dalam tiap{[2}} lapangan ilmupengetahuan adalah perlu untuk mengetengahkan hukum2 dan hubungan2 sebab-akibat jang logis, jang setjara paling tepat bisa mendjelaskan gedjala2 jang diselidiki jang dalam pada itu harus dikatakan pula dengan tegas, bahwa ada pula unsur2 lainnja jang memberikan pengaruhnja, meskipun bisa dibuktikan, bahwa pengaruh2 ini tak mempunjai arti jang menentukan bagi hasil jang terachir. Djika apabila kita mengatakan, bahwa dasar2 biologis dari kelakuan2 kebudajaan ummat-manusia pada umumnja tidak ada artinja untuk menerangkan gedjala2 kebudajaan ini, jang demikian itu tak berarti bahwa kita memungkiri adanja faktor2 biologis itu. Dengan ini kita hanjalah hendak mengatakan, bahwa faktor2 jang menentukan sifatnja kesedjarahan.

Dua psikologi éksperiméntal terpaksa mengambil sikap sedemikian itu pula mengenai penjelidikan2 terhadap kebudajaan kita sendiri. Pertjobaan2 jang penting tentang tjiri2-watak jang belum lama berselang diadakan, menundjukkan bahwa sebab2 sosial sifatnja menentukan bagi tjiri2-watak, djuga tjiri2-watak, seperti kedjudjuran dan kepemimpinan. Apabila ada seorang anak jang dalam suatu situasi éksperiméntal jang tertentu bersikap djudjur, hal ini tak berarti samasekali bahwa iapun tidak bohong dalam suatu éksperiméntal jang lain sifatnja. Maka ternjatalah bahwa tidak ada apa jang dinamakan orang2 djudjur atau orang2 tjurang, jang ada adalah situasi2 djudjur dan situasi2 tjurang. Maka ternjatalah pula, bahwa pada penjelidikan2 jang dilakukan mengenai pemimpin2, tidak ada tjiri2-watak jang tertentu, jang bahkan