Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/225

Halaman ini tervalidasi

226

POLA-POLA KEBUDAJAAN

jang kuat sekali mengenai kata², dan suaranja pun bagus, tjotjok untuk menjanji. Iapun mengetahui diluar kepala banjak sekali mythos, upatjara esoteris dan njanjian² keagamaan. Sebelum ia meninggal dunia, ia mendiktekan ber-ratus² halaman tjerita² dan sadjak² keupatjaraan, dan ia mengatakan, bahwa ia masih mengetahui lebih banjak lagi. Ia mendjadi orang jang tak boleh tidak harus ada dalam hidup keupatjaraan dan sebelumnja ia meninggal dunia, ia telah meningkat ditangga masjarakat sampai mendjadi gupernur Zuni. Orang ini telah terlibat dalam suatu sengketa jang sengit dan masjarakatnja disebabkan karena bakat kodratinja, namun ia berhasil memetjahkan kesukarannja dengan minta bantuan kepada bakatnja jang kebetulan ia miliki. Memang tak usah mengherankan, bahwa ia bukanlah orang jang berbahagia. Bahkan meskipun ia kemudian mendjabat gupernur Zuni, menempati kedudukan tinggi dalam sjarikat² keagamaan, dan oleh itu mendjadi orang jang terpandang dalam masjarakatnja, ia selalu di-kedjar² oleh perasaan takut akan mati. Di-tengah² penduduk jang lembut dan berbahagia, ia adalah seorang jang kesepian dan sedih.

Mudahlah untuk menerka, apa djadinja seandainja ia adalah anggota masjarakat Indian Padangrumput, dimana tiap² adatkebiasaan dan lembaga menjokong dan menghormati sifat-tabiatnja. Kewibawaan peribadinja, kegairahannja dan sikapnja jang bernafsu, kesemuanja itu akan membuatnja masjhur dan dihargai dalam kariere jang dipilihnja. Misalnja sebagai padri-perang kaum Indian-Cheyenne ia tak akan mengalami perasaan tak-bahagia jang mendjadi akibat jang tak-boleh tidak mesti ada sebagai gupernur Zuni. Perasaan tak-bahagia iri tidaklah ditimbulkan oleh sifat² dari tabiat kodratinja, akan tetapi ditimbulkan oleh ukuran² dari suatu kebudajaan, dimana ia tak bisa melempiaskan bakat aselinja setjara bebas.

Orang² jang kita perbintjangkan itu, bukanlah se-kali² psychopath². Mereka itu hanjalah merupakan tjontoh² daripada kesukaran², jang dapat didjumpai oleh seorang peribadi, apabila bakat² aselinja tidak sesuai dengan apa jang dikehendaki oleh kebudajaannja. Kesukaran ini mendjadi masalah psikiartri, apabila kelakuan²nja itu dalam masjarakat jang tertentu tegas² dianggap sebagai kelakuan² jang abnormal. Tulisan² ilmuketabiban mengenai homoseksualitet chususnja memberikan aksen kepada neurose² dan psychose², jang mendjadi akibatnja dan dalam pada itu ditondjol pula kehidupan seksuil jang tak memuaskan dan kegagalan sosial dari si homoseksuil. Akan tetapi kita tjukup melihat sadja bentuk² kebudajaan lainnja untuk bisa mengetahui, bahwa kaum homoseksuil tidaklah perlu disisihkan dari pergaulan masjarakat, karena sifat² aselinja itu. Mereka ternjata tidak selalu orang² jang gagal. Ada masjarakat² jang memandangnja sangat tinggi