Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/38

Halaman ini tervalidasi

KETJORAKRAGAMAN BENTUK² KEBUDAJAAN

39


bunuh setjara besar²an. Hanja karena kita sudah terlalu biasa dengan perang, maka kita bisa memahami keadaan, dimana perang dan damai silih-berganti dalam hubungan suku jang satu dengan suku jang lainnja. Tentu sadja ini adalah paham jang biasa sekali dimana sadja didunia ini. Akan tetapi dilain pihak, bagi beberapa suku adalah mustahil, untuk memahami perdamaian, karena menurut djalan-pikirannja hal ini sama dengan mengizinkan suku² musuh memasuki golongan mahluk manusia, padahal mereka ini menurut paham mereka benar² tak tergolong mahluk manusia, sekalipun suku jang diketjualikan itu sedjenisbangsa dan sekebudajaan dengan mereka.

Dalam pada itu, ada pula suku jang sukar memahami adanja perang. Rasmussen meentjeritakan, betapa herannja bangsa Eskimo ketika mendengarkan keterangan tentang adatkebiasaan kita. Orang Eskimo dengan mudah bisa memahami tentang orang jang membunuh sesamanja. Kalau ada orang jang meng-halang²; anda, maka ukurlah kekuatan anda, dan djikalau kiranja mungkin, bunuhlah dia. Kalau kuat, tak perlu orang takut pembalasan dari masjarakat. Akan tetapi mereka sangat sukar memahami, bagaimana misalnja suatu dusun Eskimo me jerang dusun Eskimo lainnja, atau suku melawan suku, bahkan sukar baginja untuk memahami penjerangan suatu dusun setjara diam². Setiap pembunuhan mempunjai watak dan silat jang sama bagi mereka itu, dan tiada perbedaan dalam kategori² seperti pada kita, dimana pembunuhan jang satu mengandung djasa, sedangkan jang lain adalah dosa besar sekali.

Saja sendiri mentjoba membitjarakan tentang perang dengan suku lndian-Missi di Kalifornia, akan tetapi hal ini tak mungkin,. Mereka samasekali tak bisa memahaminja. Dalam kebudajaan mer6ka tiada dasar untuk pengertian perang, dan pertjobaan² mereka untuk memahaminja, memerosotkan pengertian kita tentang perang besar, dimana kita dengan bersemangat mempertaruhkan djiwa kita, ketaraf suatu perkelahian antara tetangga. Mereka memang tak memiliki struktur kebudajaan, jang sanggup mem-beda²kan kedua hal ini.

Meskipun pentingnja kedudukan perang dalam kebudajaan kita, kita terpaksa mengakui, bahwa perang adalah asosial, Dalam kekatjaubalauan, jang terdjadi setelah prang dunia pertama, semua alasan² jang berasal dari masa-perang -jan$ mengatakan bahwa pemupukan ketabahan, altruisme dan nilai²-rohani disebabkan ol6h perang, terdengar palsu dan di-tjari². Perang dalam peradaban kita bisa memberi gambaran betapa suatu sistim kebudajaan bisa mengikuti terus djalan jang telah ditempuh, meskipun djalan ini menudju kearah keruntuhan. Apabila kita membenarkan peperangan, maka hal ini disebabkan, karena semua