Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/43

Halaman ini tervalidasi

44

POLA-POLA KEBUDAJAAN

kehidupan jang mungkin. Akan tetapi sering kali disebabkan djuga oléh adanja prosés djalin-mendjalin antara berbagai unsur2 kebudajaan. Seperti telah kita ketahui, bentuk terachir lembaga2 tradisi sangat berbéda tjoraknja dari motif aselinja. Setjara kasarnja, bentuk achir inl tergantung kepada tjara unsur2 jang bersangkutan itu berdjalin dengan unsur2 jang berasal dari lapangan2 lainnja.

Unsur2 jang sering muntjul pada sesuatu bangsa bisa terliputi oléh anggapan2 keagamaan, dan dengan demikian berfungsi sebagai suatu segi penting dari agamanja. Dilapangan lain hal ini bisa se-mata2 berupa sebagai soal pemindahan benda ékonomi, dan oléh karena itu merupakan sebagian daripada sistim keuangan2nja tidak terbatas, dan hasil njapun sering sangat menghérankan. Sifat unsur2 itu akan sangat berlainan di-lapangan2 jang berlainan pula, sesuai dengan unsur2 lainnja jang merupakan perpaduan dengannja.

Adalah penting sekali, bahwa kita memahami prosés ini, karena kalau tidak, kita mudah bertjenderung untuk menjamaratakan dan menganggap hasil pertjampuran setempat sebagai suatu hukum sosiologi, atau menganggap pertjampuran itu sebagai suatu gedjala umum. Zaman keemasan senipahat Eropah motifnja keagamaan. Kedjadian2 dalam agama dan dogma2nja jang pada masa itu dianggap hakiki dilukiskan oléh kesenian dan mendjadi milik umum. Estétika modérén Eropah akan sangat berlainan bentuk tjoraknja, seandai kesenian abad pertengahan se-mata2 dekoratif dan tak ada pertaliannja dengan agama. Dikalangan suku Pueblo di Baratdaja Amérika Serikat, pemberian bentuk artistik untuk barang2 perkundian dan tékstil menimbul rasa kagum kepada seniman2 dari kebudajaan manapun djuga, akan tetapi piring2 dan tjawan2 jang dipergunakan pada upatjara2 agama jang diédarkan oléh padri dan diletakkan di-altar2, rupanja djelék2 dan hiasan2nja kasar, tak indah. Ada musium2 jang membuang benda2 keagamaan jang berasal dari Baratdaja, karena benda2 itu sangat djauh dibawah sjarat2 tradisionil keahlian. „Kita harus meletakkan kodok disana!" kata orang2 Indian-Zuni, jang berarti bahwa benda2 upatjara keagamaan tak memerlukan kesenian. Perpisahan antara kesenian dan agama ini bukanlah sifat chas kaum Pueblo sadja. Ada suku2 di Amérika Selatan dan Siberia, jang mengadakan perbédaan seperti itu djuga, akan tetapi berdasarkan alasan2 lain. Meréka tak mengabdikan keahilan seninja kepada agama. Oleh karena itu kita djangan seperti para kritikus dulu jang menganggap bahwa kesenian terdjadi karena sesuatu jang sifatnja setempat seperti misalnja agama, akan tetapi sebaiknja kita menjelidiki sampai dimana seni dan agama itu saling mempengaruhi dan apa konsekwénsi²nja, baik bagi kesenian maupun bagi agama.