Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/51

Halaman ini tervalidasi

52

POLA-POLA KEBUDAJAAN


menggunakan bagian² itu untuk mentjapai tudjuan'nja sendiri. Tudjuan ini memilih dari tjiri² jang bisa dipakai disekitarnja, membuang tjir² lain jang tak bisa dipergunakannja. Jang lain lagi dirobah menurut keperluannja, Tentu sadja hal ini tak perlu terdjadi setjara sadar dalam segala bagian²nja, akan tetapi djika kita tak memperhatikan hal ini dalam menjelidiki keseluruhan kelakuan² manusia, maka jang demikian itu berarti kita menolak kemungkinan untuk memahaminja dengan baik. Integrasi kebudajaan ini tak mengandung rahasia apapun djuga. Prosésnja sama sadja dengan proses terdjadinja dan tjara mempertahankan diri suatu gaja seni. Arsitektur Gothik, jang semula hanja terdiri dari kesukaan akan tjahaja dan ketinggian, kemudian karena berkembangnja beberapa ukuran² dan seléra tertentu dalam penggunaan teknik baru, mendjadi kesenian jang chas dan homogen dalam abad ketigabelas. Beberapa bagian jang tak sesuai ditolak, jang lainnja di sesuaikan dengan tudjuan²nja, ditemukan unsur² baru jang sesuai-dengan tudjuan²nja, dengan selera Gothik, Dalam melukiskan sedjarah kedjadian ini, kita dengan sendirinja mempergunakan istilah? animistis se-olah² ada pilihan dan tudjuan dalam perkembangan dan pertumbuhan bentuk kesenian ini. Akan tetapi hal ini disebabkan karena adanya kesukaran? bahasa. Sesungguhnja tiada pilihan jang sadar dan tiada pula tudjuan. Jang semula hanjalah merupakan suatu penjelewengan sedikit dari teknik dan pemberian bentuk jang sifatnja setempat, kemudian mulai mendjetmakan diri dengan kuatnja, bertumbuh dalam ukuran² jang makin lama makin tertentu sifatnja dan berkembang mendjadj kesenian Gothik.

Apa jang terdjadi pada proses² gajaseni² besar, terdjadi pula pada proses kebudajaan sebagai keseluruhan. Berbagai tjorak kelakuan mengenai pentjarian nafkah, persetubuhan, perang dan pemudjaan dewa, kemudian disesuaikan satu sama Jain menurut ukuran² jang tak disadari jang berkembang dalam kebudajaan. Beberapa bentuk² kebudajaan, seperti halnja dengan beberapa masa²-kesenian, tak berhasil untuk melaksanakan integrasi, dan dari bentuk? kebudajaan jang banjak itu kita mengetahui terlalu sedikit untuk memahami motif² jang mendjiwainja. Akan tetapi disetiap taraf, dari bentuk² kebudajaan jang paling bersahadja sampai pada bentuk²-kebudajaan jang paling tinggi dan pesat perkembangannja, ada peristiwa² dimana integrasi itu terdjadi. Bentuk² kebudajaan itu sedikit banjaknja adalah hasil² baik dari integrasi, dan jang mengherankan ialah, bahwa banjak sekali kemungkinan² jang ada dilapangan ini.

Sampai sekarang, penjelidikan anthropologi untuk sebagian terbesar terdiri dari analisa tjiri² kebudajaan, sehingga sedikit sekali perhatian ditjurahkan kepada penjelidikan kebudajaan² sebagai