Halaman:Puisi Afrizal Malna; Kajian Semiotika.pdf/64

Halaman ini tervalidasi

melepaskan sepatunya dalam sekolah: Kombinasi aliterasi tersebut menimbulkan tanda indeksikal yang mengesankan saling-silang hal pelik yang dihadapi oleh tokoh Sitti dalam persoalan ketegangan antara tradisi, kolonialisme dan kekuasaan patriarkal.

Terdapat juga pengulangan beberapa kata yang sama pada frasa lain, seperti kata sepatu, novel, perempuan. Namun, yang sering muncul adalah kata sepatu dan novel. Pengulangan itu mengisyaratkan gagasan hal kemajuan yang disimbolkan oleh lambang sepatu. Diksi tersebut menjadi simbol yang kentara, jika hal itu dilihat menurut konteks waktu yang dihubungkan dalam sajak itu. Yang menguatkan diksi itu menjadi simbol kemajuan adalah kata sepatu dijelaskan oleh kata kolonialisme. Kolonialisme menimbulkan dampak terhadap suatu ranah yang belum disentuhnya, yaitu berupa diperkenalkannya hal-hal baru. Dalam arti kata yang lain, kehadiran yang lama, seperti tradisi digantikan oleh kehadiran yang baru, yaitu kemajuan. Kemajuan, terutama ditampakkan dalam objek-objek material yang mewakili gagasan yang dianggap modern itu, seperti benda ketika itu yang bernama sepatu. Oleh karena itu, ada kemungkinan penyejajaran derajat simbol dalam kata sepatu dengan kata kolonialisme.


3.5.1 Perempuan dalam Pengaruh Perubahan

Judul sajak itu semuanya memiliki huruf kapital. Frasa pertama dimulai dengan huruf kapital. Kalimat itu berupa kalimat deklaratif-negasi berpola S-P-O-K: Sebuah biografi, tak pernah minta ampun pada siapa pun. Frasa sebuah biografi, yang bertanda koma menandakan sebuah penekanan subjek yang otonom. Biografi tersebut tidak terhalangi dan memiliki kekuatan yang tidak bisa dihambat oleh apa pun juga karena frasa tersebut dikuatkan oleh frasa sesudahnya, tak pernah minta ampun pada siapa pun. Klausa kedua menerangkan bahwa biografi itu adalah sebuah tempat. Di situ orang mendandani Sitti kembali..., kata di situ mengisyaratkan bahwa biografi adalah sebagai sebuah kisah yang berbentuk sebuah novel atau roman sebagai bentuk fiksi yang dapat dibelokkan untuk menjadi

50