Halaman:Rimba-Rimba.pdf/181

Halaman ini tervalidasi

Mirus tidak menjawab. Johan terkejut, begtu pun Zakir. “Ini benar-benar tidak masuk akal. Kita akan kalah,” katanya.

Kemudian Mirus mengatakan untuk sampai ke Sungai Abu harus melewati Sariak Bawah terlebih dahulu, Tidak ada jalan lain. Kalaupun harus mengambil jalan lain pastilah memakan waktu icbih lama, sementara mereka harus berburu waktu.

Diterangi cahaya api unggun, kemudian Mirus menggambarkan lokasi-lokasi yang akan mereka lalui dan kemungkinan-kemungkinan tempat yang rawan.

Johan dan Zakir mendengarkan dengan seksama. Ia mengangguk tanda paham. “Kalau mereka menyergap kita di titik ini, kemana kita mesti berlindung,” tanyanya sambil menunjukkan satu titik.

“Di sana ada jembatan. Kita bisa berlindung atau lari masuk sungai dan hilang di hutan yang lebat.” Johan mengangguk.

“Dari posisi kita sekarang, berapa lama mencapai tempat itu?” tanya Zakir.

“Kalau kita bisa berangkat lebih pagi besok, sorenya sudah sampai.”

“Besok pagi-pagi tolong kerahkan teman-teman mencari akar-akar pohon untuk senjata,” kata Johan.

Zakir paham arah pembicaraan Johan. Ada jenis pohon tertentu di hutan itu yang mengandung racun. Jadi ujung kayu dibuat menjadi tajam dan dibubuhi racun. Mereka sudah biasa melakukannya dulu untuk menangkap kijang di rimba.

Sesudah salat Subuh mereka sudah berangkat. Benar saja. Masing-masing mereka membawa sebuah tongkat beracun. Hanya itu senjata mereka saat itu.