Halaman:Rimba-Rimba.pdf/197

Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

pintu goa, semula Johan ingin medekat. Mangkuto menarik tangannya dengan cepat.

“Di sana jurang,” katanya.

Setidaknya di ruangan itu sudah ada sekitar sepuluh orang. Sebelum sampai ke ruangan beberapa orang penjaga dari tentara rimba terlihat berdiri dengan sikap tegap. Senjata di arahkan ke depan. Johan tidak bicara banyak. Mangkuto membisikkan sesuatu ke telinganya.

“Lelaki yang pakai jaket hitam itu adalah pimpinan tertinggi.”

Johan mengerti apa yang dimaksudkan Mangkuto. Ia tahu siapa lelaki itu. Namun yang ia tidak mengerti mengapa lelaki itu dan beberapa orang yang lain ada di tempat itu.

“Mengapa mereka ada di tempat ini?” Tanya tohan.

“Banyak yang belum Kau mengerti dari perjuangan ini,” kata Mangkuto. Lalu lelaki itu membuka suaranya.

“Kita boleh kalah, tapi barang-barang ini tidak boleh jatuh ke tangan mereka,” suaranya lantang.

Semua orang yang ada di tempat itu mendengarkan dengan hati-hati apa yang dikatakannya.

“Kita boleh kalah...”

Ada nada keputusasaan dalam kata-katanya itu.

“Kami akan menyerah. Ini untuk menghindari korban tebih besar lagi dari rakyat,” katanya.

“Kapten Mangkuto....”

Lelaki itu memanggil nama Mangkuto.

Mangkuto segera tegak berdiri.

“Ini perintah. Sembunyikan semuanya dengan aman dan segera menyerah. Ini perintah.”

“Siap komandan,” jawab Mangkuto.

“Ada pertanyaan?"