Halaman:Rimba-Rimba.pdf/206

Halaman ini tervalidasi

tidak tahu apa yang pasti. Yang terdengar hanya bunyi senjata menyalak yang memedihkan hati.

“Angkat tangan. Kalian terkepung.”

Entah siapa yang memulai. Ucapan itu diikuti serentetan tembakan yang membabi buta.

Tugu Alahanpanjang menjadi bukti sejarah yang baru saja ditorehkan. Sekali lagi waktu tidak bisa dihela surut, dan ia akan menjadi sejarah. Waktu jika sudah berjalan, ia akan tetap menjadi sejarah. Kelicikan PKI. Akal busuk komunis berakibat fatal.

Empat orang anak-anak Harimau Campo tewas ditembak pasukan pusat. Sedangkan Johan berhasil menyelamatkan diri. Ditembak karena mereka dituduh PKI yang sedang menyandera para ulama itu. Zakir, Kamil, Ali, dan Imron menjadi korban sia-sia dari fitnah PKI.

Berita tertembaknya empat orang anak-anak Harimau Campo membuat geger kampung itu. Malah kabar itu juga tersiar ke Solok dan Padang. Mayat-mayat mereka dibawa ke Aie Dingin dan dimakamkan di kaki Bukit Batabuah. Siang itu juga mayat mereka ditanam.

Ribuan orang datang untuk menghadiri pemakaman kcempat orang itu. Mereka dikuburkan di dekat kuburan massal korban keganasan perang.

Tidak tanggung-tanggung, Komandan Angkatan Darat, yang membawahi wilayah Solok, Letkol Subroto datang untuk minta maaf atas kejadian itu. Ia langsung memimpin upacara pemakaman itu.

Subroto malah menganggap keempat orang itu adalah pahlawan karena sudah berhasil menyelamatkan Sumatera Barat dari keganasan PKI. Ia sangat geram. Sejak dulu ia sudah mencurigai adanya penyusupan-penyusupan di tubuh Angkatan Darat. “Saya akan