Halaman:Rimba-Rimba.pdf/63

Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

aman lagi. Antek-antek komunis sangat berbahaya. Di tengah keadaan yang bergejolak, tidak tahu siapa yang lawan dan siapa yang kawan.

"Buya, kita sudah sampai."

Buya hanya tersenyum. Dia dibawa ke daerah Talang Babungo. Dia sangat hafal daerah itu. Ia tidak terkejut lagi. Tetapi ketika beberapa rombongan lain berdatangan, ia sangat terkejut.

"Haji Syaiful..." sahut Buya.

"Buya..." mereka berpelukan.

Haji Syaiful sahabat buya dari Talang Babungo. Ia tak menyangka akan bertemu di tempat itu. Dari Haji Syaiful jugalah Buya malin tahu bahwa banyak ulama di seluruh Sumatra Barat sengaja ditempatkan di beberapa tempat rahasia. Tujuannya untuk menyelamatkan mereka dari kejaran antek komunis yang menempel dalam.

Siangnya mereka melanjutkan perjalanan. Beberapa menggunakan kuda. Rombongan sekitar 20 orang terdiri dari lima orang ulama, istri-istri ulama, sisanya pengawal, juga ada anak-anak kecil. Rombongan itu berjalan lambat, menyisiri tepi bukit, hingga menyeberang beberapa sungai.

Buya sudah tahu tujuan mereka ke tempat ini.

"Dalam perjalanan mereka pun menyusul rombongan lain. Buya terkejut, ternyata itu rombongan ulama dari kampung lain.

"Ternyata mereka ada juga di sini."

Hati bertambah besar. Setidaknya ia bisa berkumpul dengan teman-teman lamanya itu.

"Buya Malin Mandaro. Assalamualaikum, apa kabarnya?"

Suara yang menyapa itu temyata Buya Syamsarul dari Surian. Buya Syamsarul seorang yang juga sangat

49