Halaman:Rimba-Rimba.pdf/78

Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Imron. Kecuali Johan, kemampuan murid-muridnya itu rata-rata sama. Selain “belajar agama yang terpenting yaitu belajar kanuragan dan iImu kebatinan.

Malam itu, Bukit Batabuah sepi. Hening. Kelam. Sepuluh orang duduk di atas batu. Angin mendesis pelan. Suara anjing hutan terdngar dari kejauahan. Suara yang menakutkan. Burung hantu dari tadi tidak henti-hentinya menceracau tidak tentu. Seakan ia mengingatkan tentang suatu kejadian yang akan datang.

Tiba-tiba saja sekelabat bayangan melintas di depan mereka. Johan tersentak. Tangannya mengepal. Mulutnya komat-kamit. Eniah imantra apa yang dibacanya, Sementara sembilan orang temannya yang lain sudah mengambil posisi untuk menunggu serangan.

Malam itu sangat mencekam. Johan tidak lagi melihat atau merasakan keberadaan teman-teman di dekatnya. Itu berarti mereka sudah dipisah satu per satu.

“Sreeet...... "

Johan menangkis serangan demi serangan yang datang ke arahnya. Ia tidak tahu makluk apa yang menyerangnya itu.

"Mungkin ini hantu penunggu Bukit Batabuah? batinnya.

“Atau inikah Si Bunian itu? Inikah si Bigau? Si Ampa? Jimbalang?”

Tiba-tiba sunyi. Bayangan hitam itu hilang,

Seekor harimau berdiri kokoh seraya melentik-lentikkan ekornya. Harimau sepanjang dua meter lebih itu kemudran bergerak lincah dengan mempertihatkan cakaran kukunya yang tajam dan ganas. Menyeringai, memperlihatkan taringnya yang tajam seakan ingin mencabik-cabik orang yaug ada di depannya itu.

62