Halaman:SEJARAH KOTA PADANG.pdf/22

Halaman ini telah diuji baca

13

Dengan demikian terbentuklah "pemerintahan" tradisional nagari Padang yang diperintah oleh "delapan Penghulu" dengan Kepala Nagarinya Datuk Sangguno Dirajo. Sesuai dengan sistem tradisional kerajaan Minangkabau, maka nagari Padang dalam sejarah tradisional Minangkabau disebut "Bandar Padang". Di samping Bandar Padang didiami oleh delapan kaum/suku, yang menetap, juga ada orang yang datang dari pedalaman Minangkabau dan bandar di pesisir Barat Sumatera Barat yang menetap untuk sementara di Padang, karena urusan perdagangan dan lain-lain. Mereka ini dikenal dengan nama "Urang Dagang" dan mempunyai tempat "tepatan" tertentu di daerah Padang.10) Secara adat, mereka masih terikat pada adat nagari asalnya. Di Padang mereka punya Surau sendiri dan Kuburan sendiri.11) Di samping itu "Urang Dagang" yang datang dari bandar-bandar pesisir Barat Sumatera Barat juga punya tempat tepatan sendiri, yaitu diperkampungan sebelah kiri Batang Arau, sejajar dengan Gunung Padang dekat Muara Padang lebih kurang 2 km dari mulut muara Padang arah ke Timur. Mobilitas penduduk Minangkabau ini meningkat ke berbagai penjuru di Sumatera bagian tengah, karena sejak abad ke 16, permintaan yang terbesar akan lada pada bandarbandar pantai Barat itu adalah dari China, Gujarat yang akan diekspor ke Eropa.12)

Karena jaringan perdagangan pantai dan interinsuler, Bandar · Padang itu sampai Pulau Tello Kepulauan Nias, maka suku Nias mulai datang sebagai buruh, pengrajin atau pembuat atap rumbia. Kedatangan mereka ke Padang semakin banyak setelah VOC dan pemerintah Belanda menjadikan Padang sebagai pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahnya. Mereka ini menetap dan mendiami daerah tertentu pula di Padang, yang sekarang masih dikenal dengan nama Kampung Nias. Begitu pula orang Keling atau India dan Cina makin banyak datang dan menetap di Padang sejak Belanda menguasai Padang. Orang Keling juga menempati daerah tertentu di kota Padang dengan nama Kampung Keling. Orang Cina