Halaman:SEJARAH KOTA PADANG.pdf/34

Halaman ini telah diuji baca

25

dik dan Pasar Gadang. Pasar ini kemudian terbakar. Sebuah kantor dagang bemama "Badu Ata & Co" di Pasar Mudik, membuka pula sebuah pasar di sebidang tanah di belakang Tangsi sebagai cabang dari Pasar Mudik. Usahanya kelihatan berhasil, tetapi pada tahun 1882 pasar tersebut dilalap api seluruhnya. Kemudian seorang Cina yang bemama Gho Lam San segera membuka pasar baru tidak jauh dari pasar Badu Ata & Co yang terbakar. Gho Lam San berhasil karena letak Pasar Baru ini strategis. Lie Saay, seorang Kapten Cina di Padang melihat suatu kesempatan baik untuk mendirikan pasar yang lebih strategis lagi. Di tengah-tengah Kampung Jawa, .Lie Saay mulai membuka pasar kecil yang terletak sebelah Utara dan bertetangga dengan Pasar Baru. Pada mmulanya pasar ini tidak ramai, karena telah ada 4 pasar di dalam kota, yaitu: Pasar Mudik dan Pasar Gadang, Pasar Tanah Kongsi, Gho Lam dan Lie Saay. Terjadilah persaingan .di antara 4 pasar ini. Pasar Mudik dan Pasar Gadang sebagai yang tertua, tetap saja ramai di bawah pimpinan Badu Ata & Co, dengan manager yang proffessional bernama Nurut. Lie Saay membujuk Nurut untuk bekerja sama dan diberi modal, tetapi bukan bidang usaha yang sama, transpor kopi. Ternyata Pasar Mudik dan Pasar Gedang makin mundur. Pedagang-pedagang yang meninggalkan Pasar Mudik dan Pasar Gedang ditampung oleh Lie Saay di Pasar Jawa. Namun Pasar Mudik dan Pasar Gedang masih tetap bertahan sebagai grossier kain batik, kain dan barang kelontong. Sampai Jepang menduduk kota Padang Pasar Tanah Kongsi tetap tidak dapat bertahan menghadapi perkembangan Pasar Jawa, hingga sampai sekarang Pasar Tanah Kongsi masih tetap merupakan pasar kecil yang menjual sayur, lauk-pauk dan barang-barang P & D.

Pasar yang dimiliki Gho Lam merupakan saingan yang terakhir bagi Lie Saay. Untung bagi Lie Saay, Pasar Gho Lam habis terbakar, dibangun kembali sehingga sanggup menyaingi Pasar Kampung Jawa. Namun usaha Gho Lam menyaingi Pasar Kampung Jawa milik Lie Saay tidak tercapai karena