Halaman:Sarinah.pdf/20

Halaman ini telah diuji baca

tak selamanya dapat, karena masyarakat itu tak mengasih kemungkinannya. Di beberapa tempat di Sumatera Selatan saya melihat "gadis-gadis tua", yang tak dapat perjodoan, karena adat memasang banyak-banyak "rintangan, misalnya uang-antaran yang selalu terlalu mahal, kadang-kadang sampai ribuan rupiah. Roman mukanya gadis-gadis itu seperti sudah tua, padahal mereka ada yang baru berumur 25 tahun, 30 tahun, 35 tahun. Di daerah Indonesia yang lain-lain, saya melihat perempuan-perempuan yang sudah umur 40 atau 45 tahun, tetapi yang roman-mukanya masih seperti muda-muda. Adakah ini oleh karena perempuan-perempuan di lain-lain tempat itu barangkali lebih cakap "make-up" – nya daripada perempuan di beberapa tempat di Sumatera Selatan itu? Lebih cakap memakai bedak, menyisir rambut, memotong baju, mengikatkan sarung? Tidak, sebab perempuan di tempat-tempat yang saya maksudkan itupun tahu betul rahasianya bedak, menyisir rambut, memotong baju dan mengikatkan kain.

Tetapi sebabnya "muka tua" itu ialah oleh karena mereka terpaksa hidup sebagai "gadis tua", – tak ada suami, tak ada teman hidup, tak ada kemungkinan menemui kodrat alami. Di dalum bukunya tentang soal perempuan, August Bebel mengutip perkataan Dr.H.Plosz yang mengatakan, bahwa sering ia melihat, betapa perempuan-perempuan yang sudah hnmpir peyot lantas seakan-akan menjadi muda kembali, kalau mereka itu mendapat suami. "Tidak jarang orang melihat bahwa gadis-gadis yang sudah layu atau yang hampir-hampir peyot, kalau mereka mendapat kesempatan bersuami, tidak lama sesudah perkawinannya itu lantas menjadi sedap kembali bentuk-bentuk badannya, merah kembali pipi-pipinya, bersinar lagi sorot matanya. Maka oleh knrena itu, perkawinan boleh dinamakan sumber ke-muda-an yang sejati bagi kaum perempuan", begitulah kata Dr. Plosz itu.

Tetapi kembali lagi kepada apa yang saya katakan tadi: masyarakat kapitalistis yang sekarang ini, yang menyukarkan sekali struggle for life bagi kaum bawahan, yang di dalamnya amat sukar sekaIi orang mencari nafkah, masyarakat sekarang ini tidak menggampangkan pernikahan antura laki-laki dan perempuan. Alangkah baiknya sesuatu masyarakat yang mengasih kesempatan nikah kepada tiap-tiap orang yang

20