Halaman:Sarinah.pdf/23

Halaman ini telah diuji baca

psikhis pula antara laki-laki dan perempuan, yakni perbedaan jiwa. Professor Heymans, itu ahli jiwa yang kesohor, yang mempelajari jiwa perempuan dalam-dalam, mengatakan, bahwa perempuan itu, untuk terlaksananya tujuan kodrat a1am itu, adalah melebihi laki-laki di lapangan “emotionalitas” (rasa terharu), “aktivitas” (kegiatan), dan “kharitas” (kedermawaan). Perempuan lebih lekas tergoyang jiwanya daripada laki-laki, lebih lekas marah tetapi juga lebih lekas cinta lagi daripada laki-laki, lebih lekas kasihan, lebih lekas “termakan” oleh kepercayaan, lebih ikhlas, dan kurang serakah, lebih lekas terharu, lebih lekas meng-idealisirkan orang lain, lebih boleh dipercaya, lebih gemar kepada anak-anak dan perhiasan, dan lain sebagainya. Semuanya ini mengenai jiwa. Tetapi anggapan orang, bahwa perempuan itu akalnya kalah dengan laki-laki, ketajaman otaknya kalah dengan laki-laki, anggapan orang demikian itu dibantah oleh Prof. Heymans itu dengan tegas dan jitu: “Menurut pendapat saya, kita tidak mempunyai hak sedikitpun, buat mengatakan, bahwa akal perempuan kalah dengan akal laki-laki”. . .

Tiap-tiap guru dapat membenarkan perkataan Profesor Heymans ini. Saya sendiri waktu menjadi murid di H.B.S. mengalami, bahwa seringkali murid lelaki “payah” berlomba kepandaian dengan teman-teman perempuan dan malahan pula sering-sering “terpukul” oleh teman-teman perempuan itu. Pada waktu saya menjadi guru di sekolah menengah pun saya mendapat pengalaman, bahwa murid-murid saya yang perempuan umumnya tak kalah dengan murid-murid saya yang laki-laki. Profesor Freundlich, itu tangan kanannya Profesor Einstein di dalam ilmu bintang yang pada tahun 1929 mengunjungi Indonesia, dan kemudian menjadi maha guru di sekolah tinggi Istambul di dalam mata pelajaran itu pula, menerangkan, bahwa studen-studennya yang perempuan tak kalah dengan studen-studen laki-laki “Mereka selamanya boleh diajak memutarkan otaknya di atas soal-soal yang maha sukar”. Profesor O’Conroy yang dulu menjadi maha guru di Universitas Keio di Tokyo, menceritakan di dalam bukunya tentang negeri Nippon, bahwa di Nippon selalu diadakan ujian-ujian perbandingan (vergelijkende examens) antara lelaki dan perempuan oleh kantor-kantor gubernemen atau kantor-

23