Halaman:Sastra Lisan Minangkabau.pdf/18

Halaman ini telah diuji baca

2. PERKEMBANGAN SASTRA LISAN MINANGKABAU:
PEPATAH, PANTUN, DAN MANTRA


2.1 Hubungan dengan Masyarakatnya

Bentuk sastra itu amat berkaitan dengan tradisi masyarakatnya. Hubungan itu dapat berupa ditampilkannya sastra lisan itu dalam upacara dan acara-acara tradisional masyarakat yang bersangkutan. Hubungan yang lain ialah sastra lisan tersebut bersumber dan kemudian sekaligus mengandung adat dan kebiasaan, tingkah laku dan kepercayaan masyarakat.

Kedua bentuk itu juga terlihat dalam sastra lisan Minangkabau. Bentuk-bentuk sastra lisan pasambahan misalnya, merupakan bentuk sastra yang bersifat seremonial, yaitu jenis sastra yang lebih banyak ditampilkan waktu upacara-upacara tertentu. Misalnya, pada upacara helat perkawinan, bertegak penghulu, dan kematian. Sastra lisan kaba juga merupakan jenis sastra yang ada kaitannya dengan suatu acara dan upacara. la merupakan suatu acara pelengkap dari suatu pesta atau helat perkawinan. Tentu saja juga di samping hubungan dengan acara dan upacara masyarakat tradisional tersebut bentuk sastra ini juga menggambarkan dan bersumber dari filsafat yang hidup dalam masyarakatnya.

Demikian juga dengan masalah sastra lisan Minangkabau lainnya: pepatah, pantun dan mantra. Pepatah dan pantun merupakan jenis sastra yang juga disampaikan dan terdapat dalam bentuk-bentuk sastra lisan lainnya. Di dalam kaba juga dijumpai bentuk-bentuk dan pantun. Demikian juga di dalam bentuk sastra lisan pasambahan, Maka dengan demikian, jenis pepatah dan pantun selain juga melekat dengan upacara-upacara dan acara-

acara dalam tradisi masyarakat Minangkabau ia juga merupakan pencerminan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat tradisional tersebut. Bahkan pada suatu masa berpepatah dan berpantun dalam masyarakat Minangkabau merupakan sebagian daripada tradisi. Setiap orang Minangkabau merasa sebagai orang Minangkabau yang baik bilamana mereka sanggup berpepatah dan berpantun.

4