Halaman:Sastra Lisan Minangkabau.pdf/19

Halaman ini telah diuji baca

Akan halnya dengan mantra mungkin agak berbeda dengan pepatah dan pantun. Jenis sastra lisan ini hanya dimiliki atau dikuasai oleh kelompok masyarakat yang terbatas sekali, yaitu hanya oleh para dukun, pawang atau para pendekar yang “berilmu” saja. Untuk dapat memiliki dan menguasai mantra diperlukan syarat-syarat yang amat berat. Bukan saja syarat-syarat yang formal tapi juga syarat-syarat yang berhubungan dengan sikap dan mental. Di dalam mantra juga akan terlihat dengan jelas latar belakang tradisi dan filsafat serta latar belakang kepercayaan yang hidup di dalam masyatakat tersebut. Perkembangan tradisi dan filsafat serta kepercayaan tersebut juga akan mempengaruhi perkembangan mantra. Bagaimana mantra sebelum datangnya agama Islam dan bagaimana pula sesudah masuknya Islam akan terlihat perbedaannya tidak saja dalam isi tapi juga dalam struktur (terutama bahasanya). Perkembangan pantun, pepatah, dan mantra sebagai jenis sastra lisan yang berkaitan erat dengan tradisi masyarakat Minangkabau akan banyak ditentukan oleh perkembangan tradisi itu sendiri. Dalam masyarakat yang masih kuat tradisinya maka bentuk-bentuk pantun, pepatah, dan mantra ini akan tetap hidup dan bertahan. Demikian juga bila dibandingkan masyarakat kota dan masyarakat desa akan jelas terlihat bahwa dalam masyarakat pedesaan jenis pantun, pepatah, dan mantra masih hidup dan bertahan sementara dalam masyarakat kota cenderung menjadi berkurang, kalau tidak dapat dikatakan hilang. Hal ini tentu saja ada hubungannya dengan penghayatan terhadap tradisi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Minangkabau sekarang mulai melonggarkan ikatan-ikatan tradisinya. Baik berkurangnya upacara-upacara dan acara-acara yang bersifat tradisional maupun terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Dalam lingkungan masyarakat desa gejala ini mungkin tidak sekuat yang berlaku dalam masyarakat kota, Namun, kecenderungan itu jelas dapat dirasakan.

Keadaan yang demikian juga akan mempengaruhi perkembangan pantun, pepatsh, dan mantra. Karena pantun, pepatah, dan mantra ini amat berkaitan erat dengan tradisi masyarakatnya, kecenderungan melonggarkan ikatan-tkatan tradisi tersebut menyebabkan pula perkembangan pantun, pepatah, dan mantra menjadi berkurang. Dari sejumlah daftar pertanyaan yang disebarkan sehubungan dengan lamanya penutur menguasai sastra lisan pantun, pepatah dan mantra terlihat bahwa 62% sudah menguasai selama 15 tahun lebih, 30% telah menguasai antara 10 dan 15 tahun dan hanya 87% yang menguasai antara 5 sampai dengan 10 tahun. Hasil angket ini memperlihatkan rata-rata para penutur sastra lisan adalah orang yang sudah sejak lama menguasainya. Usaha pewarisan berlangsung agak lamban karena tidak banyak penutur-penutur yang memiliki dan menguasai sastra lisan ini.

5