Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/105

Halaman ini telah diuji baca

95

Komplek-komplek tersebut pada umumnya dihuni oleh wanitawanita desa yang berlatar belakang pendidikan rendah dan kondisi yang rendah pula.

Di desa, apalagi di kota tidak mudah bagi wanita yang berpendidikan rendah untuk memperoleh pekerjaan. Hal itu menyebabkan mereka mengambil jalan pintas demi mencapai berbagai hal yang diinginkan, terlepas dari soal baik buruknya pekerjaan yang dipilih. Kehidupan kota banyak menjerat wanita-wanita desa sehingga dia bemasib malang. Wanita desa sering terpengaruh oleh wanita lain sedaerahnya yang tampak berhasil meningkatkan taraf hidupnya di kota, dan hal ini akan membahayakan bagi mereka yang berpendidikan rendah. Wanita desa sering tertipu oleh kehidupan kota, sehingga dalam kekecewaan ini sangat mudah masuknya janji-janji palsu atau kebohongan yang dilancarkan oleh orang-orang yang ingin mencari untungnya sendiri, misalnya dengan menjanjikan pekerjaan tertentu dengan gaji besar. Tapi kenyataannya lain. Wanita wanita itu diperjual-belikan. Banyak wanita melacur karena kehilangan tempat bergantung. Laki-laki yang semula menjanjikan berbagai hal ternyata menghilang sehingga meninggalkan kekecewaan yang mendalam, mengakibatkan wanita mengambil jalan pendek yang paling mudah untuk dilewatinya.

5.5.2 Tempat-Tempat Operasi Pelacuran Liar Di Kotamadya Banjarmasin

Pada tahun 1965 tempat pelacuran liar terdapat sekitar Pelabuhan Lama (sekarang jalan Laksamana R.E. Martadinata). Di malam hari tuna susila berkeliaran mencari mangsanya. Tempat ini sangat strategis, karena awak-awak kapal, dan awak-awak perahu layar sangat memerlukan hiburan-hiburan dari wanita-wanita tuna susila, setelah beberapa lama mengarungi lautan yang ganas dan kehidupan di laut yang keras. Di sekitar pasar Kupu-Kupu (Jalan Pos), di bawah jembatan Coen, (Jembatan J enderal A. Yani KM 1) di sekitar jalan Kertak Baru juga