Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/106

Halaman ini belum diuji baca

96

96 ada rumah-rumah tempat pelacuran liar, yang dimiliki germo - germo, WTS-nya ada yang menetap di rumah-rumah tersebut dan ada pula yang datang pada malam hari atau datang pada waktu-waktu tertentu saja.


Setelah tahun 1965, yaitu tahun 1966, 1967, 1968, 1969,1970, 1971, 1972, 1973, 1974, 1975, 1976, 1977, 1978, dan 1979 ternpat-tempat pelacuran liar masih tetap seperti tempat-tempat tersebut di atas, bahkan tempat operasi tuna susila mencari mangsanya makin bertambah sesuai dengan perkembangan kotamadya Banjarmasin. Seperti di sekitar pasar Antasari, pelabuhan Tri Sakti dan lain-lain 2 2). Di samping itu di tempat-tempat hiburan, bioskop-bioskop dan night club-night club sering terjadi transaksi pelacuran liar. Misalnya seorang hostes dari sebuah night club yang tugasnya menemani tamu-tamu minum dapat melacurkan diri, dengan jalan bersedia diboking laki-laki iseng untuk di bawa ke hotel-hotel, penginapan-penginapan atau tempat-tempat lain yang memungkinkan terjadinya praktek pelacuran liar, yang tentu saja mendapat imbalan yang lumayan. Pelacuran liar ini mungkin saja terjadi di tempat mana pun, manakala WTS masih menjalankan praktek pelacuran liar.

5.5.3

Pelacuran Liar di Kotamadya Banjarmasin dan Masalahnya

Pelacuran liar di Kotamadya Banjarmasin mernpunyai latar belakang yang bermacam:-macam. Tetapi yang paling dominan adalah sebab tekanan ekonomi dan sikap materialistis serta terlalu rnernandang keduniawian. Di samping itu ditunjang oleh adanya tempat-ternpat hiburan, bioskop-bioskop, restoranrestoran, night club-night club, penginapan-penginapan, hotelhotel dan lain-lain. Sehingga memberi kemungkinan dan kesempatan kepada tuna susila mengadakan praktek pelacuran liar.


Pelacuran liar rnernbawa dampak negatif yang sangat luasterhadap semua bidang kehidupan masyarakat, khususnya