135
Cina. Mereka mempunyai persatuan yang kuat, karena itu perdagangan lebih maju dan menguasai perekonomian Kotamadya
Banjarmasin³ ¹ ).
Pasar yang dikelilingi kedai-kedai tempat pemukiman pedagang Banjar, jauh berbeda. Di samping kotor dan tidak teratur, lagi pula dalam hal kerja sama kurang diperhatikan di samping modal mereka sangat lemah. Karena itu mereka lambat mencapai kemajuan. Tempat tinggal ini pada emper-emper pasar, semacam gubuk-gubuk dan toko-toko kecil yang tak terurus. Kehidupan mereka dicari sehari habis sehari. Tempat-tempat ini bukan pada pusat utama kota, tetapi pada pasar primer dan pasar lingkungan yang hanya menyediakan kebutuhan sehari-hari. Sesudah ada kredit bagi yang bermodal lemah mereka tampak lebih maju, dan sebagian dapat ikut berjualan di pasar-pasar utama terutama Pasar Lima dan Sudimampir serta Pasar Baru³ ²).
Tetapi terbatas pada toko-toko kecil. Tidak seperti warga-warga Cina. Satu-satunya pedagang yang dapat menyaingi pedagang Cina adalah pedang kain, yang rata-rata berasal dari Alabio. Persatuan mereka kuat, tetapi hanya satu jenis kain saja. Mereka mempunyai rumah pada pemukiman yang kaya. Mereka pagi-pagi membuka toko, sore pulang ke rumah.
6.3 Pedagang Kaid Lima
Salah satu asal usul atau latar belakang para pedagang kaki lima yang berada di Kotamadya Banjarmasin adalah urbanisasi. Urbanisasi adalah salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pedagang kaki lima. Mereka beranggapan bahwa di kota segalanya akan mudah diperoleh.
Urbanisasi sebagai cara hidup di mana pemusatan penduduk di dalam kota, dianggap sebagai yang menentukan kemungkinan-kemungkinan hidup individu, dan interaksi antar individu. Maka demikian sektor informallah yang paling mudah dimasuki