Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/17

Halaman ini tervalidasi

7

tan Tengah yang dahulu dikenal karena lada dan hasil hutan lainnya, maka sekarang hasil ekspor kayu dan rotan yang makin bertambah ramai. Sekitar tahun enam puluhan, ada gagasan pemerintah daerah untuk memindahkan ibu kota propinsi Kalimantan Selatan ke sebelah Utara jaraknya 35 km dari Kota Banjarmasin. Kota yang dibangun ini bernama Banjarbaru. Sekarang kota Banjarbaru berstatus sebagai kota administratif.[1]

Secara geografis Kotamadya Banjarmasin terletak di antara 3° 15 LS sampai dengan 3° 22 Lintang Selatan dan 114° 98 Bujur Timur, pada ketinggian rata-rata 0,16 M, di bawah permukaan laut. Karena itu pada waktu terang bulan air laut bagian selatan naik ke sungai, pantai, dan menggenangi jalan-jalan yang rendah permukaannya di Kotamadya Banjarmasin. Air laut yang naik ini disebut "banyu pasang". Jika banyu pasang teramat dalam disebut pasang ramban, dan kalau pasang terjadi dua kali sehari semalam disebut "pasang pindua". Pada waktu musim kemarau panjang air pasang ini naik membawa air asin, yang diucapkan oleh orang Banjar muara atau kuala sebagai "masin". Hal ini pula menurut versi penduduk setempat melahirkan nama Banjarmasin.[2]

Sebagaimana daerah lain yang letaknya dekat dengan daerah garis khatulistiwa, Banjarmasin termasuk daerah yang berudara panas, iklim tropis, lembab dan umumnya banyak turun hujan, rata-rata tiap bulan 6-15 hari dengan curah hujan rata-rata 2000-2700 mm, terbesar dalam bulan Desember/Januari dan terkecil dalam bulan-bulan Juli/Agustus. Menurut Smith dan Ferguson tipe iklim adalah B dan C.[3] Mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Masing-masing dapat disebut musim timur yang menghembuskan angin yang membawa hawa panas dan musim barat yang membawa hawa dingin dan mengandung basah. Keadaan suhu rata-rata di antara 26° C hingga 34° C. Sesuai dengan keadaan alamnya Banjarmasin dialiri oleh banyak sungai besar dan kecil yang kesemua-

  1. Yustan Aziddin et.al. (Tim) (1983/84). Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme Di Kalimantan Selatan. Depdikbud. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek IDSN. p. 6.  Check date values in: |date= (help)
  2. H. Ramli Nawawi & Tamny Roeslan, et.al. (Tim) (1984). Sejarah Sosial Daerah Kal-Sel. Depdikbud, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek IDSN. p. 10. 
  3. Kantor Sensus dan Statistik Propinsi Kalimantan Selatan (1978). Kalimantan Selatan dalam angka 1978. p. 2.