Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/148

Halaman ini tervalidasi
Jadi, jelaslah bahwa fungsi topeng Batak jangkauannya cukup luas, tidak terbatas pada ritus keagamaan (kepercayaan) saja, namun topeng itu sendiri dibuat sebagai benda keramat yang harus dipeli­hara. Oleh karenanya tari topeng pada masa yang lalu tidak sem­barang dipagelarkan, tetapi tari topeng itu ditarikan pada acara­-acara tertentu (khusus).
Hal yang sama menurut uraian di atas dapat dilihat pada kutip­an dibawah ini :
"Karena maksud-maksud akan pengharapan kesejahteraan, ke­makmuran, terhindarnya dari penjamuran, terhindarnya dari penyakit, kepercayaan hal kematian dan kembalinya roh yang meninggal ketengah masyarakat, penghormatan pada cikal bakal dan lain-lain yang sejenis, maka seni rakyat itu lahir atas dorong­an metafisik yang kompleks dan atas dasar kesadaran kolektif. Demikianlah kreasinya bersifat sakral".13)
Penjelasan lain dapat pula kita lihat dalam kutipan berikut ini:
"Dalam melakukan upacara-upacara, kesenian memainkan pe­ranan penting dan banyak dapat orang ikut dalam kesenian itu, kesenian seperti ini dapat disebut kesenian rakyat. Ciri-cirinya ialah, bahwa nilai-nilai yang terjalin dalam kesenian rakyat itu merupakan refleksi dari pada cara hidup sehari-hari atau bersumber kepada mitor-mitos"14)
Demikianlah akhirnya kesenian topeng itu berkembang secara evolusi berkat pengaruh yang terjadi secara eksternal dan internal di tengah-tengah kehidupan masyarakat Batak pada umumnya. Dasar ini pulalah akhimya bentuk topeng yang divisualisasikan oleh seni­mannya lewat seni ukir berfungsi simbolis magis.

––––––––––––––––––––––––

13). Sudaryono, Drs., Sarana-sarana Memeliharan Dan Melindungi Seni Rakyat Indonesia, Pidato pada upacara Dies Natalis ke 21 STSRI, ASRI Yogyakarta, Januari 1971 halaman 4.

14). A.W. Turnip, Drs., Primitive Art IKIP, Medan, 1976/1977, halaman 12

139