Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/24

Halaman ini tervalidasi
Selama sepuluh tahun mereka memadu kasih, namun setelah tiba saatnya melangsungkan pernikahan, dimana peralatan pesta dan para tamu telah berdatangan, mendadak pula si gadis idaman mengingkari janji dengan membatalkan perkawinan tanpa sebab. Menerima hal sedemikian, raja menjadi sangat terkesiap, sangat malu dan merasa di hina, sehingga menimbulkan rasa dendam di hatinya terhadap gadis itu. Daripada jatuh ketangan orang lain lebih baik gadis itu dibunuh saja dengan cara membuat jundion (gila) dengan jalan guna-guna. Dalam keadaan gila, akhirnya gadis lari ke hutan dengan tak tentu tujuan, sehingga matinyapun tidak diketahui dan dimana kuburannya. Kejadian ini merupakan pelajaran yang tak boleh ditiru oleh keluarga raja, dan terbukti hingga saat ini tidak ada satupun diantara keluarga raja yang mengingkari janji apabila telah dipertunangkan, kecuali bila pihak laki-laki yang mengingkarinya.
Namun demikian sebagai tanda cinta kasih raja kepada gadis Anting Malela Boru Sinaga, di samping sebagai peringatan bagi keluarga raja, maka dipahatlah wajah gadis itu di peti batu kuburannya, sebagaimana bunyi sebuah pantun-

Masa ke timun bertambah lada.
Hatiku rindu apa obatnya.
Biar kupahat romah wajahnya.
Biar ada peringatan bagi keluarga.

Karena gadis yang dicintainya telah mengingkari janji, maka raja memutuskan untuk mengawini gadis Onan Runggu yang bertempat tinggal kira-kira empat puluh kilo meter disebelah selatan Tomok.

Selain berhasil di bidang pemerintahan, raja juga menunjukkan kejayaannya di bidang pertahanan. Beliau sebagai panglima perang telah berhasil menumpas musuh-musuh yang menyerang kerajaannya. Sewaktu pemerintahannya, pernah diserang oleh musuh dari segenap penjuru kerajaan, baik dari dalam maupun dari luar pulau Samosir, sehingga raja terpaksa meminta bantuan dari kerajaan Aceh yang pada saat itu telah menganut agama Islam. Kerajaan Aceh pun mengutus Panglima Tengku Moemahad Said.

15