kan mereka berusaha sekeras mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya itu.
Demikianlah akhirnya mereka mulai tertarik pada keindahan. Perhiasan dan lain-lain sebagainya, mulai merasa dibutuhkan dalam hidupnya, di samping makanan. Para tukang rumah telah dapat menyesuaikan dengan kondisi daerahnya bahan-bahan yang diperhitungkan bisa tahan untuk jangka beberapa tahun. Hal yang lebih penting lagi mereka telah pula mengenal dunia lain melalui perdagangan antar daerah dan bangsa yang mengakibatkan terjadinya tukar-menukar kebudayaan, sehingga tercipta bangunan-bangunan baru dan peralatan lainnya yang lebih sempurna. Rasa keindahan kiranya melekat di hati mereka, awal yang merupakan dari lahirnya ragam hias yang sampai sekarang tersemat pada dinding rumah adat tradisional yang menyebar di daerah-daerah lain di pelosok tanah air.
Hal yang serupa juga banyak kita jumpai pada pekuburan lama yang sisa-sisanya masih dapat kita lihat sampai saat ini, selain hiasan juga kita temukan bentuk-bentuk patung yang merupakan penjelmaan bagi roh nenek moyang.
––––––––––––––––––––––––
5). Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparto, Bunga Rampai Sejarah Budaya Indonesia, Penerbit Djambatan, Jakarta, tahun 1964, hal. 2.
30