Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/56

Halaman ini tervalidasi

4. Patung Tongkat Tunggal Panaluan

Tongkat Tunggal Panaluan atau disebut juga tongkat Malaikat oleh suku Batak, ditafsirkan sebagai tongkat yang dapat memberikan sinar terang yang menggembirakan, sebab tongkat itu dapat dipergunakan sebagai penakluk kejahatan.

Lengkapnya mukjizat yang terkandung pada tongkat Tunggal Panaluan, penulis mengutip tulisan Batara Sangti lewat bukunya Sejarah Batak atanra lain:

"Memang ada lagi pekerjaan-pekerjaan yang ditugaskan kepada tunggal panaluan itu. Doa-doa memohon anugerah anak-anak yang bahagia, hasrat untuk diberitahukan hasil bakal usaha, dan pekerjaannya yang khas pada pesta musim panen tentunya tidak boleh ketinggalan untuk disebutkan".7)

Jika diafsirkan tulisan tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa tongkat Tunggal Panaluan dapat memberi arti terhadap kehidupan dan kematian dalam arti buruk dan baik, dan lain-lain yang dianggap ada hubungannya dengan tongkat Tunggal Panaluan yang sakti itu seperti: meminta hujan jika musim kemarau panjang dan kebalikannya menghentikan/memindahkan hujan jika diperlukan pada upacara-upacara adat dan lain sebagainya.

Tongkat Tunggal Panaluan dimiliki oleh semua suku Batak dengan motif yang berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama yakni sebagai penakluk kejahatan.

D. Latar Belakang Sejarah Tongkat Tunggal Panaluan di Daerah Batak Tapanuli.

Untuk melengkap asal mula sejarah, kehadiran tongkat Tunggal Panaluan, penulis kutipkan selengkapnya tulisan Batara Sangti (Ompu Buntilan) sebagai berikut:

"Di Sidogordogor Pangururan di Pulau Samosir di teluk perpisahan antara darat dan air/danau (inhaam) hidup seorang pria bernama Guru Hatiabulan. Beliau adalah seorang Sibaso (pendeta) nama Datu Arak ni Pane. Istrinya bernama Nan Sindak Panaluan. Mereka sudah lama kawin sebelum perempuan ini hamil. Sesudah perempuan ini hamil maka luar biasa lamanya barulah anak itu lahir. Semua penduduk kampung itu menganggap keadaan itu suatu hal yang gaib.
_________________________

7). Batara Shangti, Op.cit.,hal.373.

47