Guru Hatiabulan telah kehabisan akal. Ia telah banyak mengeluarkan uang untuk Datu-Datu keperluan gendang dan kurban untuk roh-roh. Apa saja diminta dia bayar dengan hati rela, tetapi kini putus asa. Beberapa hari kemudian seorang Datu Parupausa Ginjang datang memperkenalkan dirinya. Ia menerangkan dengan pasti, bahwa ia dapat melepaskan orang-orang itu. Guru Hatiabulan mempercayai Datu itu dan memberikan semua yang ia minta. Datu itu menerangkan, bahwa mereka harus memperkurban kepada semua roh-roh. Roh-roh dari daratan, roh-roh dari air/lautan, roh-roh dari hutan dan yang lain-lain semuanya. Sesudah itu orang itu akan dilepaskan. Guru Hatiabulan menyediakan kurban itu sesuai dengan petunjuk datu itu. Kemudian mereka pergi ke pohon itu memasang semua ilmu sihir yang diketahuinya, ia memotong pohon itu. Sesudah pohon itu roboh semua kepala-kepala manusia itu sekonyong-konyong lenyap, juga kepala dari anjing dan ular itu. Semua orang menjadi bingung, akan tetapi datu itu bilang supaya Guru Hatiabulan memotongi pohon dan mengukit di kayu gambaran dari orang yang telah lenyap itu. Demikianlah jadi diperbuat. Ia memotongi batang pohon itu dan mengukir pada satu tongkat gambaran dari lima orang lelaki, dua orang perempuan, seekor anjing dan seekor binatang lata.
Sesudah memperoleh sembilan gambaran sedemikian ini mereka semuanya kembali ke kampung. Sesudah mereka sampai di situ maka dibunyikanlah gung, sedang seekor lembu dipotong demi kehormatan dari yang diperlihatkan dengan gambar-gambar itu. Tongkat itu disandarkan ke muka suatu lumbung padi lalu Guru Hatiabulan menari.
Kemudian itu Datu Parpausa Ginjang menarikan suatu tari keberahian, dengan jalan ini ia membuat dirinya kesurupan dengan roh-roh dari yang tertelan itu. Sesudah ia disurupi oleh roh-roh ini mereka itu memulai berbicara melalui dia. Mereka itu adalah roh-roh dari:
- Si Aji Donda Hatahutan;
- Si Boru Tapi Na Uasan;
- Datu Pula Paijang Na Uli, Si Panjarbulan Simelbuselbus;
- Si Sanggar Meoleol;
- Si Sanggar Meoleol;
- Dasi Mangambat, Si Upar Mangalela; dan
- Barita Songkar Pangururan.
51