Halaman:Si Djamin dan si Djohan.pdf/113

Halaman ini tervalidasi

95

orang perempoewan jang berhati pengasihan; lebih-lebih lagi mendengar kata jang penghabisan jang keloewar dari moeloet si Djamin: „Soepaja dihari kemoedijan, sesoedah oemmatmoe terlepas daripada doenija, saja memoedji-moedji namamoe jang moelija itoe! Amin"

„Amin,” kata njonja Kong Soei dengan tersedoe-sedoe. „Amin" kata dokter itoe poela dan Djohan menjeboet poela perkataan itoe dengan tangisnja.

Si Djamin menoetoepkan matanja. Dengan kata „amin” itoe terbanglah djiwanja dan toewan dokter berkata: „Soedah poetoes," serta ija berpaling, laloe meninggalkan tempat itoe akan memberi tahoe kepada mandoer-kepala, bahwa tempat No. 23 soedah kosong adanja.


——————

BAGIAN KE VII.

PENOETOEP.

Pada hari itoe djoega majat si Djamin diantarkan ke pekoeboeran. Hatta maka matahari, jang memanaskan boemi itoe, roejoeplah. Oedara jang hangat itoe beroebah mendjadi sedjoek serta dengan segarnja. Pada ketika itoe berdirilah lima orang dihadapan pintoe gerbang pekoeboeran di Mangga Doewa menantikan keréta mati, jang membawa majat si Djamin. Tijada berapa lama, tampaklah oleh meréka djenazah itoe datang. Dengan segera pintoe gerbang diboekakan dan keréta-mati itoepoen berdjalanlah masoek dengan perlahan-lahan diiringkan seboewah sado, jang ditoempangi oléh njonja Fi dengan si Djohan.

Tempat pekoeboeran itoe lengang sekali. Orangpoen tijada jang kelihatan, ketjoewali jang bekerdja disitoe. Boeroeng-boeroeng, jang hinggap di pohon-pohon beringin dan djawi-djawi, jang melindoengi pekoeboeran itoe, tijada kedengaran soewaranja. Matahari, radja sijang, menjemboenjikan moekanja dibalik awan jang hitam, jang menoetoepi langit pada sebelah barat itoe; anginpoen redoep.