Halaman:Si Djamin dan si Djohan.pdf/18

Halaman ini tervalidasi

10

poen-poen tijada ada jang kedengaran lain daripada soewara hoedjan jang lebat, sebagai ditjoerahkan dari langit boenjinja. Dengan perlahan-lahan boedak itoe mendekati tempat tidoernja, laloe bertanja:

„Djohan! Engkau soedah tidoer?”

Pada waktoe itoe hari soedah malam; dalam roemah itoe boekan boewatan gelapnja. Lampoe ketjil, jang diatas peti itoe, telah dipadamkan oléh perempoewan itoe, waktoe ija hendak pergi tadi.

Diatas tempat tidoer itoe bergerak seorang boedak ketjil. Boedak jang kedinginan itoe bertanja poela sekali lagi:

„Soedah tidoer engkau, Djohan?”

„Beloem,” djawab anak jang di tempat tidoer, dengan soewara jang gementar sebab ketakoetan. „Soedah pergi dija?” tanjanja poela kepada abangnja jang datang menghampiri dija itoe.

Anak, jang tidoer ditempat itoe, Djohan namanja, adik si Djamin. Ija baroe ber'oemoer toedjoeh tahoen, abangnja soedah sembilan tahoen 'oemoernja. Sambil meraba-raba karena tijada dapat melihat adiknja didalam gelap itoe, si Djamin naik ke tempat-tidoer itoe. Setelah ija berbaring berkatalah adiknja itoe:

„Adoeh, abang, dingin sangat rasa badan saja peroet sajapoen terlaloe lapar; sehari-harian ini beloem soewatoe apa saja makan, hanjalah air dingin saja minoem setegoek. Tadi saja minta nasi, tetapi dija marah-marah sadja dan memoekoel saja.”

Si Djohan bertjeritera sambil menangis, terkenangkan kesakitan kena poekoel tadi itoe. Tetapi sekarang ija tijada akan mengatakan semoewa itoe kepada abangnja, jang sebagai iboe-bapa kepadanja.

Amat sakit dan sedih hati si Djamin mendengar perkataan adiknja itoe. Tijada dapat ija menahan air matanja lagi; lemahlah rasa badannja dan hatinja hantjoer loeloeh sebagai diiris-iris dengan sembiloe, memikirkan nasibnja doewa beradik. Sambil menangis tersedoe-sedoe ija mendekap adiknja, jang disajanginja sebagai dirinja itoe. Pada ketika itoe tijada kedengaran soewatoe apa dalam roemah itoe, tijada lain daripada soewara kedoewa boedak jang bertangis-tangisan itoe. Perasaan si Djamin, waktoe mendengar tjeritera adiknja itoe, djaoeh lebih sakit daripada kena tempéléng dari perempoewan itoe tadi.