Halaman:Si Djamin dan si Djohan.pdf/47

Halaman ini tervalidasi

37

bersahoet-sahoetan, memberi tahoekan malam hampir bertoekar dengan sijang. Moeka dan badannja berpeloeh, meskipoen hari dingin itoe, karena darahnja mengalir dengan kentjang didalam oerat-oeratnja. Kepalanja masih pening djoega, lagi ija merasa badannja lemah, oléh sebab kekoewatan madat itoe soedah hilang. Sekarang ija soeka marah-marah sadja; bagaimanapoen diboewatnja, matanja tijada maoe tertidoer. lja pergi doedoek didekat médja itoe akan menjenangkan hatinja, akan tetapi tijadalah beroebah halnja. Sebentar-sebentar ija merasa darahnja naik ke kepala, memboewat ja mendjadi bengis; barang-barang jang dikanan-kirinja, membosankan dan memanaskan hatinja. Maka adalah lakoenja itoe seperti orang gila, sebentar berdiri, sebentar tidoer, sebentar lagi doedoek; kadang-kadang ija membantingkan tangannja keatas médja itoe. Mendengar soewara jang keras itoe terbangoenlah si Djamin; ditengoknja kekanan dan kekiri hendak mengetahoei, soewara apakah itoe. Sebentar itoe djoega ija menoetoepkan matanja kembali, karena ija telah tahoe, iboe tirinja sedang dimaboek tjandoe. Akan tetapi baharoe ija menoetoepkan matanja kembali, maka dengan tiba-tiba Inempoen menarikkan dija dari tempat-tidoernja itoe, sambil berkata dengan marahnja: „Engkau masih tidoer lagi? Lekas berdiri, ajo !"

Dengan langkah jang gajang, sebab pikirannja beloem terang, si Djamin meninggalkan tempat-tidoernja, akan tetapi seketika itoe djoega ija terdjaga betoel-betoel dengan terkedjoet, karena kena tempéléng, oléh perempoewan penjiksa itoe.

„Pakai badjoe, lekas!" kata si Inem setengah berterijak. „Engkau maoe tidoer lagi, ja! Ajo, pergi! Djangan engkau berani poelang-poelang, kalau tidak membawa oewang setengah pérak! Kaudengar, bangsat?" Laloe jja memboeka pintoe dan si Djamin ditolakkannja keloewar.

Djohan, boedak jang ketjil itoepoen terbangoen poela karena soewara emak tirinja jang njaring itoe. Akan tetapi ija tijada berani memboeka moeloetnja. Dengan gementar ketakoetan ija tidoer memboengkoek seraja menoetoepi moekanja dengan selimoetnja; sebentar lagi ijapoen tertidoer kembali, karena hati jang takoet telah dialahkan oléh mata jang mengantoek itoe.

Si Djohan telah kerap kali dan bijasa melihat hal jang menjedihkan hati seroepa itoe. Ija terlaloe ketjil, beloem ada pikiran