Halaman:Si Djamin dan si Djohan.pdf/90

Halaman ini tervalidasi

74

nangkan 'azab jang dideritakan anaknja jang berdoewa itoe ― dan maloe memikirkan segala kesalahannja jang selama itoe. Si Bèrtes telah mengetahoei, bahwa ija sendiri djoega asal segala bentjana, jang datang menimpa roemah-tangganja.

Hatta maka pada masa itoe bertoekarlah pikiran jang boeroek, jang selama ini terkandoeng didalam dadanja, dengan jang baik dan adalah ija seolah olah mendengar soewara isterinja jang baik hati, jang telah meninggal itoe, berseroe-seroe: „Bèrtes peliharakaulah kiranja anak kita itoe; hentikanlah minoeman itoe dan djanganlah loepa akan Toehan!"

Tangis tersedoe-sedoe kedengaran dari tempat-tidoer si Bèrtes, jang menampar-nampar dadanja dengan sesainja.

„Kenapa ajah menangis ?" tanja si Djohan. Djangan ajah soesah memikirkan si Djamin; nanti ija datang djoega, sebab dija soedah berdjandji lijada akan meninggalkan saja."

„Ja, Allahı! Ja Toehankoe!" berkata si Bèrtes „sesoenggoehnjalah saja seorang djahat dan melarat. Mari Djohan! Moelaf dari hari ini engkau dan abangmoe Djamin ajah peliharakan dengan sebaik-baiknja." Dengan gementar si bapa memeloek anaknja, karena dalam hatinja telah bangoen tjinta kepada anaknja itoe Si Djohan beloem pernah melihat ajahnja begitoe. Ija moendoer seolah-olah ketakoetan.

„Takoetkah Djohan melihat ajah ?" bertanja si Bertes dengan soewara lemboet.

Si Djohan tijada mendjawab, hanja menggéléngkan kepalanja.

Si Bertes mentjijoem anaknja beroelang-oelang dan si Djohanpoen mendakap léhér bapanja, sambil doedoek di pangkoeannja. Maka semangkin njalalah tjinta si bapak, sebagai api ditijoep angin. Ketika itoe tampaklah oleh si bapak pipi anaknja jang koeroes dan bibirnja jang poetjat itoe. Beroelang-oelang ija berkata: „Kasihan anakkoe koeroes, tijada dapat pemeliharaan baik; lebih mela rat daripada anak jang tijada beriboe-bapak."

Baroe sekarang matanja menampak. lja mengerling melihat si Inem, jang doedoek didekat médja dengan termenoeng.

„Perempoewan ini jang mengaramkan akoe dilaoetan api," katanja sambil bersoengoet-soengoet.

„Kalau begitoe, si Djamin ta' mesti pergi meminta-minta lagi, ajah ?" tanja si Djohan, seraja melihat kepada moeka bapaknja.