Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/124

Halaman ini belum diuji baca

Sejak semula dikatakan Tidak diletak dalam hati Kami juga yang merasakan. Bayur-bayur di gunung Padang Selasih bawa ke pekan; Rumit sulit kasih ke dagang Kita kasih dia berjalan.” Telah lama orang meratap, telah lama mayat terbujur, teringat oleh si Rambun Ameh, teringat pesan Tuannya, wasiat amanat si Umbuik Mudo, lalu berkata si Rambun Ameh, “Duhai Amai kata Denai, dengarkanlah Denai katakan, tatkala tuan Umbuik kan berjalan, berpesan Ia pada denai, apalah isi pesan itu, kalau mati si Galang Banyak, bawakan kain untuk kafannya, kuburkan di bukit Silanguang, inilah payung itu, tudungkan pada kakak denai. Sebaiknya sekarang jua, mayat lah lama di tengah rumah, mayat sudah lama terbujur, marilah kini dikuburkan, ke puncak bukit Silanguang, jangan terus kita tangisi.” Menjawab amai si Galang, “Kalau begitu kata anak, kita ikuti lah sekarang, ke puncak bukit Silanguang.” Maka begitulah jadinya, berjalanlah orang yang banyak, mengusung mayat si Galang, ke puncak bukit Silanguang. Tidak lama orang berjalan, sampailah orang di sana, di puncak bukit itu, telah dikuburkan si mayat, ditanamkan pancang kuburan, terpancang mejan yang dua, dipasangkan tirai langit-langit, pulanglah orang semuanya. Kabar beralih tentang itu, sungguh beralih di sana jua, beralih pada si Umbuik Mudo. Telah lama kelamaan, cukup sudah tiga hari, mayat si Galang dalam kubur, bermimpi si Umbuik Mudo, apalah kata mimpinya, bermimpi kehilangan burung, berenang kehilangan destar, 113