keduanja — supaja tahu orang banjak — supaja pertjaja semuanja.”
Kononlah si Gelang Banjak keluar dari dalam bilik — berdjalan tertatah-tatah — berdjalan ditengah helat — meminta ma'af kanan kiri — pergi mendapatkan bapaknja — pergi menemui ibunja. Serta tiba ia menjembah — menangkup keharibaan ibu — menangis si Gelang Banjak: „O ibu, dengarkan ibu:
Tak kusangka akan kegua,
kegua djua nan djadi.
Tak kusangka akan bersua,
bersua djua nan djadi!”
Mendengar anak menangis — melihat anak'lah meratap — menangis pula ibu si Gelang — meratap pula nan djadi. Berkata ibu si Gelang:
„Tembakau anak 'rang Sikilang,
dari hulu turun berakit.
Sedjak 'kau, upik, sudah hilang,
tiap bulu menanggung sakit.
Gemuruh sorak 'rang berhilau,
berarak beriring-iring.
Rusuh hati terkenangkan dikau,
air mata iring-gemiring.
Berlari-lari memandjat pinang,
berpajah-pajah memandjat kepundung.
Sedjak sehari engkau hilang,
ibu sudah masuk kungkung.
103