Halaman:Si Umbut Muda.pdf/114

Halaman ini tervalidasi

sedang tengah hari — sedang buntar bajang-bajang — sedang letih lesu tulang — sedang lengang-lengis orang — sedang si tjindai bergelut — berkata si Umbut Muda: „Adikku Puteri Gelang Banjak — dengarkan pulalah dikau:

Sidjelitak sidjelutai,
bertitian batang talas.
Tulang litak bagai ditulai,
berbaur ditimpa panas.

Memakan kerak 'lah dahulu,
berulam putjuk kepundung.
Berlepas pelaklah dahulu,
sementara kita boleh berlindung.”

Berkata si Gelang Banjak: „Djika itu tuan katakan — putjuk ditjinta ulam tiba — hamba hendak berhenti djua — pelak nan bukan oleh-oleh. Inilah kampil sirih tuan — mengunjah sirihlah sekapur — supaja lepas pajah badan —supaja mendung hati ini — nanti kita berdjalan pula!”

'Lah mengunjah si Gelang Banjak 'lah mengudut si Umbut Muda — seri'lah keubun-ubun — kelat tinggal dirangkungan; sedang dapat agak-agak —sedang datang kira-kira — berkata si Umbut Muda: „O adik, Puteri Gelang Banjak — berhenti sudah obat pajah — rasanja hati sudah lindung — marilah kita berdjalan pula.”

'Lah tegak si Gelang Banjak — berdiri si Umbut Muda — lalu berdjalan sekali. Dekat semakin 'kan hampir — hampir dekat 'kan tiba — 'lah tampak Kampung Teberau; berasa lama pula berdjalan — tibalah

115