Halaman:Si Umbut Muda.pdf/116

Halaman ini tervalidasi

petaruh hamba――djika kami bersama hilang ―― kuburkan kami dibukit ―― dibukit berseberang-seberangan ―― supaja sama bertentangan―― itulah amanat dari hamba; ibu pegangkan erat-erat ―― ibu genggam teguh-teguh ’’

Akan bagaimana pulatah lagi ―― Allah ta'ala kaja sungguh Tuhan berbuat sekehendaknja! Kata sudah dikatakan ―― amanat sudah ditinggalkan ―― matilah ia keduanja ―― dihari jang sehari itu;harinja hari ―― Djum'at sedang tengah hari tepat. Diguguh tabuh larangan ―― sahut menjahut tabuh nan banjak ―― berdentum tabuh dibukit membalas tabuh dilurah, terkedjut orang negeri ―― habis datang semuanja ―― besar ketjil tua muda ―― laki-laki perempuan. Serta tiba tengah halaman ―― bandunglah bunji ratap tangis ―― naiklah orang semuanja ―― ’ lah tampak maiat si Gelang ia keduanja ―― dihari jang sehari itu;harinja hari ―― Djum'at sedang tengah hari tepat. Diguguh tabuh larangan ―― sahut menjahut tabuh nan banjak ―― berdentum tabuh dibukit membalas tabuh dilurah, terkedjut orang negeri ―― habis datang semuanja ―― besar ketjil tua muda ―― laki-laki perempuan. Serta tiba tengah halaman ―― bandunglah bunji ratap tangis ―― naiklah orang semuanja ―― ’lah tampak majat si Umbut ―― heranlah orang nan banjak habis mengutcap semuanja.

Kononlah ibu si Umbut ―― serta ibu Si Gelang Banjak bertiga si Rambun Emas ―― sembilan dengan puteri nan berenam ―― mengempas-empaskan badan memukul-mukuli- diri ―― memeruntas-runtasi rambut lalu pingsan sekali. Berkata penghulu kampung ―― kepada mamak si Gelang serta kepada bapak si Umbut: ,,Mana Tuanku Pandjang Djanggut ―― lamalah sudah majat berbudjur ―― eloklah kita kuburkan sementara hari belum petang.’’

Mendiawab Tuanku Pandjang D.ianggut: ,,Kalau itu nan kata Datuk akan ,bagaimana pulatah lagi; sebuah hanja pinta hamba ―― petaruh dari nan mati

tatkala ia sakit-sakit ―― djika sampai ia berpulang ―― meminta berkubur atas bukit ―― bukit nan berse

117