2. MEMINANG
Esa tali dua pidjakkan,
djala putus bawa berenang.
Esa djadi, dua tidakkan,
Kata putus badan 'nak senang.
Berdjalan si Umbut Muda — dinaiki kuda nan belang — dipatju berbalik pulang—sudah mendua-dua katak; dekat semakin hampir — hampir dekat 'kan tiba — tibalah ia tengah halaman; dipautkannja kuda sekali — lalu naik keatas rumah. Tegak ketengah bermenung — tegak ketepi menegun — penglihatan 'lah berapi-api — pemandangan'lah kelam-kabut; terus ia rebah sekali — tidur menangkup kebantal — menangkup sambil menangis — menangis mengesak-esak. Air mata berderai-derai — djatuh dua, djatuh tiga — bagai intan putus pengarang — bagai manik putus talinja—bagai bonai[1] direntak pagam[2]. Baru sebentar ia tidur — dihampir oleh ibunja; dilihat si Umbut menangis — mata bengkak mukanja muram — bertanja ibu si Umbut:
„Bujung! apa engkau rusuhkan — apakah nan engkau tangiskan — mengadjikah dialahkan orang — dunia orangkah nan tak terlawan?”
Mendjawab si Umbut Muda: „Bukan hamba alah
20