bengkak — mata ibu mengapa sembab — rupa ibu mengapa muram — hati apa hati ibu? Hati pelepah malah gerangan — djantung apa djantung ibu? djantung pisang malah agaknja. Tidak nan benar ibu katakan — berdusta ibu malah kiranja.”
Mendengar anak sudah marah — melihat anak sudah berang — dibenarkannja djua nan djadi: „O bujung, anakku bujung — dengarkan benar oleh bujung — 'nak hamba katakan habis-habis — 'nak hamba katakan kata benar — lebih tidak kurangpun tidak. Begitu udjar si Gelang: „Kononlah tuan Umbut Muda — siang tak djadi angan-angan — malam tak djadi buah mimpi. Biarpun elok tuan Umbut — tahulah hamba akan eloknja — elok karena kain bersalang, litjin karena minjak meminta. — Djika gedang tuan Umbut — tahulah hamba akan gedangnja — gedang karena tebu lingkaran. Kalau kaja tuan Umbut Muda — tahulah hamba akan kajanja — kaja karena emas pembawa — emas pembawa dari ajahnja; 'kan gelang kakiku takkan sampai. Kononlah tuan Umbut Muda — usah disebut dua kali — sedanglah sekali ini. Djika tergeser kuempelas — djika tertangguk kukiraikan — djika terbawa kuantarkan — usah diulang-ulang djuga — meremang bulu tengkuk hamba!” Begitu benar bunji katanja — kata puteri Gelang Banjak.”
Mendengar kata demikian — 'lah marah si Umbut Muda — marahnja bukan alang-kepalang — berangnja bukan olah-olah — mengempas-empasksn tangan — meletjut-letjutkan badan — memukul-mukulkan kaki. Disabarkan tidak tersabarkan — dibudjuk tidak terbudjuk; 'lah hilang 'akal ibunja. Berkata ibu si Umbut: „Itu djua jang kusegankan — itu djua jang kuenggankan
36