menungkan — takut benar hamba 'kan pulang. Disinilah bapak mulai berang — sinilah ibu tahu marah!”
Berkata si Umbut Muda: „O, upik Puteri Gelang Banjak — apa benar nan dirisaukan — apa benar nan ditakutkan? Mengapa bapak akan berang — mengapa ibu akan marah — apakah nan akan dimarahkannja? Tjoba katakan pada bamba!”
Mendjawab si Gelang Banjak:
„Tengkolok bersudut empat,
tengkolok orang Batang Kapas.
Jang didjolok tidak dapat,
pendjolok tinggal diatas.
Hamba sudah pergi keair — membawa labu dan perian. Djangan air akan terbawa — perian nan habis petjah-petjah — labu 'lah habis hantjur luluh — geluk nan hilang tak bertentu. Djika datang usul periksa — djika datang sudi siasat — dari bapak dengan ibu — apalah akan djawab hamba — apalah akan kata hamba? Itulah nan hamba menungkan — itu nan hamba rusuhkan.”
Berkata si Umbut Muda: „Adikku Puteri Gelang Banjak — itu tak patut kaurusuhkan — itu tidak usah kaumabukkan — itu tak guna dirisaukan; biar kuberi pengadjaran — biar kuberi'kau petundjuk. Dengarkan benarlah oleh adik! Djika bertanja bapak dirumah — djika menjiasat ibu nanti: Kemanakah labu'kau tadi — kemanakah perianmu tadi — mengapa tidak membawa air — mengapa'kau pulang sadja — djawab oleh adik elok-elok — pandai-pandai berkata-kata: Hampir mati badan hamba — hampir kita tak bersua; hamba
50