Halaman:Si Umbut Muda.pdf/55

Halaman ini tervalidasi

kepala rasakan petjah — nasi ditelan rasa duri — air diminum pahit-pahit. Hamba ingin akan Umbut — tjarikan apalah hamba umbut — diranah Kampung Teberau!”

Mendengar kata demikian — berkata ibu si Gelang: „O tuan bapak si Gelang — o, tuan bapak si Upik! Pergi djuga tuan kesana — pergilah berlekas-lekas — djangan berlalai-lalai djua — ambilkan umbut nan diminta — dikeranah Kampung Teberau — entah 'kan sungguh djadi obat.

Akan bagaimana pulatah lagi — berdjalan bapak si Gelang — berdjalan bergulut-gulut — berdjalan bergegas-gegas — keranah Kampung Teberau. 'Lah sebentar ia berdjalan — 'lah dua bentar ia berdjalan — dekat semakin 'kan hampir — hampir dekat 'kan tiba — 'lah tiba ia disana — diranah Kampung Teberau. Ditjari umbut teberau — sesudah dapat dibawa pulang; berdjalan bergulut-gulut — hati tjemas darah tak senang; si Gelang sakit ditinggalkan. Setelah tiba ia dirumah — dibangunkan si Gelang Banjak: „O, upik bangunlah — bangun — ini umbut sudah dapat.”

Mendengar kata bapaknja — umbut ditjari telah dapat — 'lah bangun si Gelang Banjak — 'lah tahu duduk sekali. Dilihat-lihat dipandangi — 'lah nampak umbut teberau — meradjuk berbalik tidur — mengempas-empaskan badan — meletjut-letjutkan diri — memukul-mukul kepala. Berkata si Gelang Banjak: „Bodoh benar malah bapak — bingung benar malah kiranja! Ke Kampung Teberau kusuruh tjari — umbut teberau jang diambil!”

Karena mengempas-empaskan badan — semakin

56