Halaman:Si Umbut Muda.pdf/67

Halaman ini tervalidasi

sangat — hamba djua jang tak mau — hamba djua jang bertangguh. Lama benar dinantikannja — ia hendak seiring sekali; sekarang bersiaplah tuan — berkemaslah kini-kini — djangan tuan disusulnja lagi!”

’Lah memakai si Umbut Muda — memakai tjara Bangkiang; ’lah berdestar seluk timba — letaknja membelah benak — berkain Pelembang Atjeh — bertjintjin permata nilam — berbadju beledu gandum. Dibawakan langkah lima — surut kelangkah jang empat — lalu tegak berdiri betul — dipandang-pandang dalam tjermin — ditilik bajang-bajang badan. Tegak ketengah ia bermenung — tegak ketepi ia menegun; diputar tjintjin dikiri — dipaling tjintjin kekanan. Berdjalan turun sekali — dinaiki kuda nan belang — kuda nan belang radjah kaki — ekornja serasah terdjun — bulu seperti ’aina’lbanat — bulu tengkuk awan tergantung — pelana emas bertempa — kekangnja perak berhela — sanggurdi dari suasana. ’Lah berdjalan si Umbut Muda — hari nan sedang tengah hari — sedang buntar bajang-bajang — sedang kenjang-kenjang pipit — sedang lengang orang dikampung — sedang sunji senjap unggas — sedang letih lesu tulang. Djalan kuda mendontjang dontjang — djalan mengempang-empang lebuh — genta gedang imbau-mengimbau — genta ketjil panggil-memanggil; sudah ditjentjang guratihkan — ’lah mendua-dua katak — pada lalu surut nan lebih — semut terpidjak tidak mati — alu tersandung patah tiga — batang terlanda berbudjuran. ’Lah sebentar ia berdjalan — ’lah dua bentar ia berlari — tibalah diranah Kampung Aur.

68