Anak Keling berbadju sitin,
sudah sitin sekelat pula.
Hamba hina lagi miskin,
sudah miskin melarat pula.
Empelas daun kelojang,
ditoreh maka didjemur.
Si Gelang emas, hamba lojang,
dimana boleh bertjampur baur?
Dengarkan djua oleh bapak! Djika elok benarlah hamba, elok karena kain bersalang — djika gedang benarlah hamba, gedang karena tebu lingkaran — djika kaja benarlah hamba, kaja karena emas pembawa — emas pembawa ajah hamba — akan gelang kakinja takkan sampai. Kononlah serupa hamba ini — tergeser akan diempalasnja — tertangguk akan dikiraikannja — terbawa akan diantarkannja — oleh Puteri Gelang Banjak.”
Berkata bapak si Gelang: „Usah itu bujung sebut — Usah dibintjang-bintjang djua — usah diulang dua kali. Hanjalah sekarang ini — meminta hamba sungguh-sungguh — elok dipakai, buruk dibuang. Djika kupur (durhaka) mau kami tobat — djika salah hendak kami timbang — utang suka kami membajar — asal pinta kan berlaku — kehendak akan dikabulkan. Bujung kawin djua kini — dengan Puteri Gelang Banjak!”
Berkata si Umbut Muda: „Mana nenek mamak hamba — jang hadir dihelat ini! Beri ma'af hamba banjak-banjak — hamba akan mengurak sela — hamba akan dahulu turun — hamba berdjalan kini djua.”
72