Halaman:Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Bali.pdf/130

Halaman ini tervalidasi

bahwa dalam sistem tersebut telah tersimpul suatu pengertian yang lebih luas tentang hidup, pola tingkah laku, pola hubungan, yang seharusnya diciptakan oleh manusia dalam hidupnya. Karena itulah penanaman pengertian yang lebih mendalam tentang sistem kepercayaan dan agama tersebut juga merupakan salah satu jalan untuk mempertebal keyakinan para warga tentang adat istiadat yang berhubungan dengan kedua sistem tersebut. Dan secara keseluruhan hal tersebut merupakan suatu sistem pengendalian sosial pula.

1. Ajaran kepercayaan

Suatu sistem kepercayaan masyarakat sebenarnya lahir dari sistem adat istiadat yang ada pada masyarakat yang bersangkutan. Terutama sistem kepercayaan yang ada hubungannya dengan sistem religi, mengandung bayangan-bayangan orang tentang wujudnya dunia gaib, dewa-dewa, makhluk halus, kekuatan sakti, kehidupan di mana mendatang, wujud dunia dan alam semesta. Sistem kepercayaan tersebut bisa berupa konsepsi-konsepsi tentang faham-faham yang hidup terlepas dalam pikiran orang-orang di samping bisa juga berupa konsepsi dan faham yang terintegrasikan ke dalam dongeng, cerita, aturan-aturan yang bersifat keramat, suci atau tabu dalam suatu religi.

Pada masyarakat Bali ajaran tentang kepercayaan lebih banyak terwujud pada ajaran yang ada hubungannya dengan agama Hindu. Karena itu sistem kepercayaan yang ada lebih banyak berusaha mendekatkan manusia pada agama dengan segala manifestasinya. Demikian misalnya ajaran kepercayaan tentang Tuhan, yang menyatakan bahwa Tuhan itu satu adanya dan apapun namanya, tetapi lebih banyak disebut sebagai Brahma (Om Saccid Ekam Brahma); atau ajaran yang menyatatakan bahwa Tuhan itu satu dan benar-benar ada (Om sat Ekam Sat). Karena itu Tuhan adalah suatu dari mana asal mula proses kejadian yang serba ada ini terjadi; dan Tuhan menurut pemahaman Hindu adalah sumber atas asal dari segala ciptaan dunia ini (Janma dyasya Yatah).

Suatu sistem kepercayaan yang lain yang erat hubungannya dengan nilai-nilai tradisional yang hidup di Bali, adalah sistem kepercayaan terhadap klasifikasi dualistik. Yaitu suatu sistem klasifikasi alam semesta (makrokosmos) atas dua kategori yang berlawanan, yaitu : dunia atas berlawanan dengan dunia bawah, sacral berlawanan dengan profan, luan (hulu) berlawanan dengan teben (hilir), dewa-dewa berlawanan de-

120