Halaman:Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Bali.pdf/132

Halaman ini tervalidasi

masyarakat untuk memulai makan atau minum saja juga harus dimulai dengan menyebutkan namanya. Peristiwa atau kebiasaan untuk membuat banten nasi (sedikit nasi dan lauk yang dimasak setiap hari sebagai sajen), demikian juga membuat segehan (sajen dari nasi warna-warni) yang dihaturkan pada waktu-waktu tertentu memberikan tanda bahwa manusia dalam hidupnya tetap mengadakan hubungan dengan alam sekelilingnya. Yang paling penting dalam hal ini adalah konsepsi dan aktivitas upacara keagamaan yang dilakukan oleh orang Bali, yaitu upacara : Dewa Yadnya, upacara terhadap para Dewa sebagai manifestasi Tuhan Yang Mahaesa. Upacara ini dilakukan dengan frekwensi dan intensitas yang cukup tinggi serta dalam dan berlangsung pada berbagai tingkat kehidupan seperti keluarga, klen, desa, daerah. Besarnya jumlah dan kuatnya ikatan kepada tempat ibadat (pura), mencerminkan besar dan kuatnya kepercayaan kepada Ida Hyang Widhi, Tuhan Yang Mahaesa.

Di samping upacara Dewa Yadnya tersebut di atas menurut adat istiadat yang berlaku di Bali masih ada serentetan upacara lainnya lagi yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia di dunia, serta yang ada hubungannya dengan alam dunia ini. Upacara-upacara tersebut tergabung dalam adat istiadat atau upacara yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu kompleks dari upacara-upacara : Manusa Yadnya (Upacara untuk kemanusiaan), Bhuta Yadnya (upacara untuk kekuatan lain di dunia) Pitra Yadnya (upacara untuk para leluhur), Resi Yadnya (upacara untuk kependetaan) dan upacara Dewa Yadnya (upacara untuk para dewa itu sendiri).

Dengan melaksahakan upacara-upacara yang menurut ajaran agama yang ada dan sesuai pula dengan tuntutan adat istiadat yang berlaku, maka para warga komunitas secara langsung telah melaksanakan kedua bagian dari ajaran agama yang ada yaitu : ethika dan rituilnya. Setelah mereka mengerti dan menyadari sistem filsafatnya, yaitu pengertiannya kepada isi dari ajaran agama itu dan sistem tindakan mereka sebagai orang yang beragama (ethika), maka. ditingkat akhir mereka melaksanakan upacara atau sistem rituilnya dari agama. Dan sebagai suatu pola berpikir, pola bertindak ajaran agama telah memberikan suatu aturan tentang kehidupan manusia di dunia. Dengan melaksanakan ajaran tersebut maka para individu sebagai warga suatu komunitas telah membawa ke arah kehidupan yang sejati yaitu kehidupan yang serasi dalam hubungan antar sesamanya, antar alam lingkungannya dan dengan Tuhannya.

122