Halaman:Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Bali.pdf/155

Halaman ini tervalidasi
  1. Pemekaran desa.
    Akibat dari membesamya penduduk desa telah menimbulkan desa-desa baru sebagai pemekaran desa-desa, walaupun kadang-kadang atribut desa baru ini belum selengkap atribut yang seharusnya yang dimiliki oleh suatu desa.
  2. Gejala hetrogennitas dan kompleknya pola orientasi kelompok.
    Perkembangan masyarakat baik bersifat sosial maupun ekonomi telah menyebabkan makin heteroginnya keadaan kehidupan warga desa tersebut dan hal ini merubah ciri-ciri kehidupan dan orientasi masyarakat desa menjadi makin kompleks.
  3. Membesamya peranan desa dinas dan mengecilnya peranan desa adat.
    Kedudukan desa dinas sebagai unit terkecil dalan struktur pemerintahan Republik Indonesia telah menyebebkan peranan desa dinas tersebut amat besar, karena sebagian terbesar urusan kehidupan masyarakat tersalur melalui lembaga desa dinas itu. Sebaliknya peranan desa adat terbatas banya di bidang adat dan agama.
  4. Masuknya lembaga-lembaga baru ke desa.
    Masuknya berbagai lembaga baru ke desa yang jup membawa eksistensi dan fungsi tertentu mengakibatkan perubahan dalam hubungan-hubungan sosial dan mempengaruhi eksistensi lembaga-lembaga tradisional yang telah ada.

Karena pengaruh faktor-faktor di atas ini, maka telah terjadi perubahan dalam beberapa aspek bentuk komunitas sebagai berikut :

  1. Mengenai konsepsi Tri Hita Karana :
    Konsepsi ini pada hakekatnya masih merupakan atribut pokok bagi suatu komunitas kecil di Bali yang berbentuk desa adat. Perkembangan telah menyebabkan, beberapa komponen dari konsepsi Tri Hita Karana (Kahyangan, pawongan dan palemahah), seperti misalnya palemahan (tanah desa) yang terwujud sebagai hak ulayat desa makin kabur dan cendrung menjadi hak individu yang pengaturannya, cendrung pula besifat individual dari pada kolektif. Begitu pula halnya tentang komponen pawongan (manusia) yang bertempat tinggal di wilayah desa makin menjadi heterogin. Gejala heteroginitas ini (khusus-

145