Halaman:Siti Kalasun.pdf/106

Halaman ini telah diuji baca

 Berjalan Sutan Sari Alam, bertongkat dengan ranting buluh, berjalan menginjit-injit, seperti orang terkena puru, Kalasun mengiringi di belakang, diturutkan jalan raya,sudah hampir sampai, tibo di rumah Siti Kalasun.

 Sampai di atas rumah, hari malam lampu terpasang, sembahyang Sutan Sari Alam,kain sembahyang usang benar, diambil kain oleh Kalasun, kain pelekat nan agak baru, ditukar kain Sari Alam, selesai sembanyang makan nasi.

 Akan halnya Sutan Sari Alam, tidak berbicara dan berunding, sambil mencari pikiiran seeloknya, di situ berkata Siti Kalasun, “Besoknya hari Sabtu, pasar ramai di gedung Bukittinggi, elok kita pergi ke pasar, membeli pakaian nan baru, serta sandal agak sepasang, pakaian Tuan buruk benar.”

 Akan halnya Siti Kalasun, ia menjual seekor kerbau, “Senanglah tuan Sari Alam, kerbau ada saya jual, satu sen pun belum terpakai”

 Menjawab Sutan Sari Alam, “Saya menurut perkataan Adik, elok pagi kita ke pasar, supaya cepat kembali pulang, jangan lamalama di pekan.”

 Semalam-malam itu, kelihatan gelak si Kalasun, berminyak muka kesenangan, agak larut malam baru tidur.

 Dua kali ayam berkokok, cukup nan ketiga hari siang, murai berkicau di atas kayu, bangunlah Sutan Sari Alam, sudah mandi ia sembahyang,selesai sembahyang pulang ke rumah.

 Sementara itu Siti Kalasun meletakkan ketan dan pisang goreng, minum kopi keduanya, sedang duduk berpandangan, seperti orang baru menikah, bersiap-siap hendak ke pekan, duduk berdua di atas bendi, bendi menuju gedung Bukittinggi.

 Dihilirkan jalan nan panjang, banyak orang kampung melihat, banyak membanding dan mencemooh, sudah runcing

95