Halaman:Siti Kalasun.pdf/24

Halaman ini telah diuji baca

Wahai Buyung Sabarudin, pegang pitaruh genggam erat, banyak laku perangai orang, laku perangai orang bujang kini, di dalam kamar bergelak-gelak, gila bergelut tidak puas, kamar di tepi jalan raya, bercengkerama tidak puas, rumah ditepi jalan besar, tidak malu dengan orang banyak. Itulah tingkah laku kebanyakan orang yang tidak pernah diberi pengajaran.

Banyak pula nan dilihat, laku orang muda-muda, angkuh sombong ke orang banyak, disangka orang bodoh saja,tidak ada orang nan pandai, nan pandai kita sendiri, kalau nan buruk perangai orang, itu usah Buyung pakai, terlarang benar di adat, tidak boleh sepanjang syarak, pantangan Allah nan demikian.

Satu lagi nan mamak sampaikan, jangan jadi penakut dengan orang, kalau duduk menyisih-nyisih, berjalan menepi-nepi, patah lidak kalau bicara, tidak ada nan sehina kita, memakai semua nan buruk, suka memangku anak orang, suka menumbuk menggiling cabe, tidak ada orang serendah kita, usah pula itu buyung pakai.

Hidup nan elok diketengahkan, usah terlampau tinggi, usah juga terlampau di bawah, terlampau tinggi lekas patah, terlampau di bawah diinjak orang.” Selesai ditunjukajari, larut malam baru tidur, dua kali ayam berkokok, cukup ketiga hari siang.

Kabar dialihkan lagi, sungguhpun beralih disitu juga, kepada Siti Kalasun, anak tunggal Rapiah, kemenakan Datuk Marajo.

Mendengar kabar bersuami, kira-kira sepuluh hari lagi, hati di dalam tidak senang, pikiran kusut tidak menentu, sebabnya demikian, dalam kampung Tanjung itu, bujang berdua nan senama, seorang si Saba tukang gerobak, nan seorang lagi Saba penggalas, menjual kain baju sudah, tidak berapa orang nan tahu, biasa besar di Parabek, sama mengaji dengan Kalasun, lepas mengaji pergi berjualan, masuk pekan keluar pekan.

13