Halaman:Siti Kalasun.pdf/44

Halaman ini telah diuji baca

sebenarnya, dibuhul erat dalam hati, kalau malam jadi pengganjal, kalau siang jadi tongkat, setitik pun jangan dilupakan.

Mengenai perkataan Mandeh, kalau setitik saya jadikan laut, kalau sekepal saya jadikan gunung, saya buhul genggam erat,” kata Sutan Sari Alam.

Mendengar perkataan anak kandung, senang rasanya hati, dilepaskan anak berjalan,berjalan turun ke halaman, berjalan dengan hati sedih, sedih karena mande dengan adik ditinggalkan.

Anak unggeh makan tanaman
Makan buah cari mancari
Hinggap di rantiang jambu irang
Di ladang orang Koto Tinggi;
Tinggal kampuang tinggalhalaman
Tinggal surau pincuran mandi
Tinggal kawan sama gedang.
Saya merantauke Medan Deli

Berjalan tertatih-tatih, diturutkan jalan nan panjang, ada sebentar perjalanan, tiba di halaman rumah Siti Kalasun.

Akan halnya Siti Kalasun, baru kelihatan Sari Alam, langsung lari ke atas rumah, rumah disapu tempat duduk, lalu berjalan terus ke dapur, diambil air nan direbus, terhidang nasi tengah rumah.

Si gadis Siti Kalasun, cepat kaki ringan tangan,baru datang suaminya, ditegur dengan manis, “Datang dari mana tadi tuanku?”

Menjawab Sutan Sari Alam, “Saya datang dari Mudik,” sambil duduk bersila di kasur.

Berkata pula Siti Kalasun, “Nasi terhidang Tuan makanlah,” dibuka tudung saji, nasi diambil langsung dimakan, air di cawan sudah diminum,dimakan nasi duasuap, cukup nan ketiga ia kenyang. Dicuci tangan dihisap rokok sebatang asap mendulangke udara.

33