Halaman:Siti Kalasun.pdf/62

Halaman ini telah diuji baca

Maninjau padi lah masak
Batang kapas bertimba jalan;
Hati risau dibawa gelak
Bak panas mengandung hujan.

Berjalan ke pasar bawah, dibeli cabe dengan garam, serta ikan kering dan minyak manis, cukup kelapa ikan laut,pasar ramai masa itu, hari sabtu pekan besar, berbelok jalan ke pasar atas, dibeli pula kain batik, untuk dipakai ke dapur, banyak macam dijual orang, uang saja nan harus ada.

Tarantang jalan Padang Panjang
Ke kiri ke Pandai Sikek
Ke kann ke Batu Palano
Ke hilir jalan ke Bukittinggi;
Jika direntang akan panjang
Baiknya dipadatkan agar singkat
Diambil saja seperlunya
Usah menghabiskan hari.

Sudah setahun dua tahun, Sari Alam tidak pulang, kabar tidak berita tidak, bagai batu jatuh ke lubuk, akan halnya Siti Kalasun, selesai sembahyang berdoa, minta selamat saja suaminya, tidak ada aral melintang, setiap malam ia bermimpi, duduk berdua sedang makan,hilang saat kita terjaga, diremas perut dikempiskan.

Besar air Sungai Panuah
Hanyut segala daun-daun;
Cerai berbulan rasa membunuh
Konon cerai bertahun-tahun.

Pada suatu hari, sedang duduk di halaman, duduk bermenung sendiri, pikiran kepada suami juga, lewatlah si Rasyid Sutan Palindih, sedang di atas kereta angin, kereta reli baru dibeli, memakai celana pantolan putih, baju sutra tebal, rambut tersisir rapi, arloji dari emas, bercincin emas bermata intan, kita gagah batambah gagah,

51