Halaman:Siti Kalasun.pdf/66

Halaman ini telah diuji baca

 Seperti bapak Pandeka, beristri dengan orang rantau, sudah memiliki anak dua tiga, setelah tua baru pulang, muda tinggal di negeri orang, jika pikiran saya sendiri, elok istri dari kampung, biarlah orang celek matanya, asal perempuan orang kita,” katanya si palindih, menurut perkiraannya, Kalasun sudah menjanda, dipancingpancing dengan rundingan,

 Menjawab Siti Kalasun, “Di rumah si Ani berapa lama, apa sebab Tuan bercerai?”

Menjawab pula si Palindih,
“Putus berdentiang tali rabab
Tersinggung oleh urang lalu;
Tidak guna dicari sabab
Habis untung sabar dahulu.”

 Bertanya lagi Siti Kalasun, “Selama itu Tuan di Medan, ada bertemu dengan suami saya Sari Alam, adakah ia berezeki, bagaimana kabarnya sekarang..”

 Duduk berdua sambil bicara, datang mandeh dari dapur, menating gelas tiga buah, berisi kopi bergula, serta sepiring pisang goreng, diletakan di atas meja, ditemani duduk anak kandung, lalu berkata mandeh Kalasun, “Sudah lama Sutan ke rumah, ada bertemu dengan suami Kalasun, apa dagangannya di Medan?”

 Menjawab si Sutan Palindih, “Minta maaf saya dahulu, bukan kita duduk bergunjing, tentang halnya Sari Alam, dia berteman dengan orang batas, orang Padang Panjang, Serupa saja keduanya, satu seperti orang hilang akal, begitu ramainya kota Medan, apa nan dijual apa nan laku, banyak orang jadi kaya, asalkan badan sehat saja, betul-betul berdagang, benar-benar mencari uang, tidak digunakan untuk jalan-jalan, tidak suka menghamburkan uang, insya Allah dapat uang.

55