Halaman:Siti Kalasun.pdf/96

Halaman ini telah diuji baca

 Menjawab Sutan Sari Alam, “Kalau begitu naiklah saya.”

 Sudah naik Sari Alam, duduk bersila tengah rumah, supaya jelas orang itu, di situ berkata si Katijah, “Mandeh saya bernama si Anun, sekarang sedang di pasar, sebentar lagi ia pulang, mandeh menjual bika, itu dagangan sejak dahulu.”

 Mendengar perkataan demikian, baru yakin si Sari Alam, bahwa ini memang istri si Malin,dilihat rupa dipandangi, tidak ia miskin benar,rumah gadang limo ruang, rumah berukir beratap ijuk, berkata Sari Alam,

“Mana anaknya Malin Saidi, pesan jauh saya bawa, Malin Saidi berkirim uang lima ratus, dua ratus untuk anaknya, dua ratus lagi untuk mandehnya, seratus lagi untuk adiknya.”

 Mendengar pekiriman sebanyak itu, tercengang saja perempuan itu, seperti orang berasian, Akan halnya anak berdua, berlari ke rumah bako, menjemput mandeh Malin Saidi,ada sebentar antaranya, datanglah mandeh Saidi, baru datang langsung bertanya, “Mana anakku si Rasyidin, nan bergelar Malin Saidi, dimana sekarang anak itu, mengapa tidak dibawa sekalian, hangus jantung saya karena kangen, empat tahun tidak pulang,” berkata sambil menangis, melihat hal nan demikian, teringat mandeh di Bukittinggi, ada sebentar antaranya, terhidang nasi tengah rumah.

 Akan halnya Sutan Sari Alam, senang hatinya seketika, rasa bermalam di rumah mandeh, orang elok sekali,serasa berjumpa mande kandungnya.

 Semalam-malam harinya, dipaparkan cerita perasaian, semenjak berangkat dari rumah, sampai berangkat ke Banjarmasin, satupun tidak ketinggalan, cerita nan sedih orang menangis, tiba dicerita nan bagus,tergelak-gelak orang mendengarnya.

 “Saya di kampung tiga bulan, lepas nan dari tiga bulan, kembali lagi ke rantau,tiba saya si Malin pulang,begitu rundingan

85